Bisnis.com, JAKARTA – Proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di wilayah kerja PT Bukit Asam Tbk. yang terletak di Muara Enim, Sumatra Selatan bisa mengubah 6 juta ton batu bara menjadi 1,4 juta ton DME per tahun.
Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan bahwa proyek gasifikasi batu bara tersebut diproyeksikan bisa menjadi substitusi ekspor liquefied petroleum gas (LPG) yang bisa mencapai 7 juta ton per tahun.
“Oleh sebab itu, proyek hilirisasi batu bara ini ditargetkan menghasilkan output DME 1,4 juta ton per tahun, atau setara dengan 1 juta ton LPG,” katanya, Senin (24/1/2022).
Dia menuturkan, dengan produksi 1,4 juta ton DME per tahun, proyek tersebut dapat mendorong efisiensi belanja negara untuk subsidi LPG sekitar Rp6 triliun hingga Rp7 triliun per tahun.
Bahlil menceritakan bahwa total nilai investasi yang ditandatangani antara Indonesia dan Air Products and Chemicals Inc adalah senilai US$15 miliar, atau Rp210 triliun.
Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua pihak ditandatangani saat lawatan sejumlah pejabat pemerintahan ke Uni Emirat Arab, November 2021 lalu.
Baca Juga
Bahlil juga menyebut investasi proyek hilirisasi batu bara di Sumatera Selatan itu berasal dari Air Products and Chemicals Inc.
“Ini investasi cukup besar Pak Presiden. Investasi kedua terbesar setelah Freeport untuk tahun ini," jelasnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga hadir pada acara groundbreaking proyek hilirisasi batubara di Muara Enim.
Bahlil menyebut, realisasi dari kerja sama investasi antara Air Products and Chemicals, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan PT Pertamina ini mencapai Rp33 triliun.
Investasi itu juga ditargetkan bisa menghasilkan hingga 13.000 lapangan pekerjaan dari sisi konstruksi atau sisi hulu, dan 12.000 lapangan pekerjaan di sisi hilir oleh PT Pertamina.
Setelah mulai berjalan, proyek gasifikasi tersebut diperkirakan bisa menciptakan 3.000 lapangan pekerjaan tetap secara langsung.
Proyek itu juga diperkirakan bisa melibatkan secara tidak langsung tenaga kerja, seperti kontraktor dan sub-kontraktor yang berjumlah hingga 4 kali lipat lebih banyak dari yang sudah ada.