Bisnis.com, JAKARTA – Proyek gasifikasi batu bara kalori rendah menjadi dimethyl ether (DME) seluruhnya akan menggunakan dana investasi yang dikucurkan oleh Air Product yang merupakan perusahaan asal Amerika Serikat.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, proyek hilirisasi DME telah dilakukan sejak 2020. Pada kunjungannya ke Dubai, Air Product disebut telah meneken komitmen investasi untuk proyek tersebut.
Bahlil menuturkan, investasi Air Product dalam proyek DME itu disebut sebagai penanaman modal terbesar kedua di Indonesia setelah Freeport.
“Kemarin di di Dubai tanda tangan investasi Air Product US$15 miliar. Investasi ini full dari Amerika Serikat, bukan dari Jepang, bukan dari Korea Selatan, bukan juga dari China. Ini Amerika Serikat investasinya cukup besar. Ini investasi terbesar kedua setelah Freeport untuk tahun ini,” ujarnya dalam acara Groundbreaking Proyek Hilirisasi Batu Bara Menjadi Dimethyl Ether, Senin (24/1/2022).
Bahlil menjelaskan, pihaknya telah menyampaikan kepada Air Product untuk menyelesaikan proyek lebih cepat dari yang direncanakan. Pemerintah juga meminta agar proyek tersebut bisa rampung dalam kurun waktu 30 bulan dari yang direncanakan sebelumnya 36 bulan.
Nantinya, proyek gasifikasi batu bara itu akan menghasilkan DME sebanyak 1,4 juta metrik ton, atau setara dengan 1 juta ton liquefied petroleum gas (LPG), dan akan memberikan efisiensi kepada pemerintah sebesar Rp6 triliun hingga Rp7 triliun karena substitusi impor.
Baca Juga
Di samping itu, proyek tersebut pun akan menyerap tenaga kerja dalam negeri sekitar 13.000 orang pada masa konstruksi, 12.000 tenaga kerja akan diserap Pertamina untuk pekerjaan di hilir, serta 3.000 orang pada masa produksi.
“Lapangan pekerjaannya semua dari Indonesia. Air Product sudah saya panggil, 95 persen pekerjanya dari Indonesia, yang 5 persen itu hanya masa konstruksi, masa produksinya itu akan dilibatkan PTBA [PT Bukit Asam Tbk.] dan Pertamina,” jelasnya.