Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

YLKI: BBM Ramah Lingkungan Harus Ramah untuk Kantong

Ketua Pengurus Harian YKLI Tulus Abadi mengatakan pemerintah perlu mendesain produk BBM agar tidak timbul stigma di masyarakat bahwa produk BBM yang ramah lingkungan akan membebani pengeluaran yang lebih besar.
Aktifitas pengisian truk tangki untuk distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Depo BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Aktifitas pengisian truk tangki untuk distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Depo BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebutkan bahwa upaya untuk menghadirkan bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan jangan sampai nantinya menimbulkan stigma bahwa akan membebani kantong konsumen untuk mengeluarkan biaya yang lebih besar.

Ketua Pengurus Harian YKLI Tulus Abadi mengatakan pemerintah perlu mendesain produk BBM agar tidak timbul stigma di masyarakat bahwa produk BBM yang ramah lingkungan akan membebani pengeluaran yang lebih besar.

"Bahan bakar yang ramah lingkungan itu jangan sampai tidak ramah kepada kantong," ujarnya dalam Youtube Infokpbb yang dikutip pada Jumat (31/12/2021).

Tulus berpendapat, apabila BBM jenis RON 88 atau Premium jadi dihapuskan pada tahun depan, maka hal itu tidak akan menimbulkan inflasi di Indonesia. Pasalnya, jumlah penggunaan Premium sampai saat ini terus menyusut dan tercatat tinggal sedikit.

Tulus menyebut porsi Premium terhadap jenis BBM lain yang dijual di Indonesia hanya sebesar 0,9 persen. Dengan demikian, rencana penghapusan Premium ke depannya juga tidak akan mengganggu daya beli masyarakat.

Namun, dampak yang berbeda akan timbul apabila pemerintah juga akan menghapus Pertalite secara bersamaan dengan penghapusan Premium meski pada akhirnya PT Pertamina (Persero) telah menegaskan bahwa bahan bakar dengan RON 90 itu masih akan tetap beredar tahun depan.

"Premium sekalipun bisa dihapus di 2022 itu tidak akan mengganggu inflasi atau tidak akan menimbulkan inflasi yang signifikan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper