Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) melaporkan terdapat kenaikan okupansi pada malam pergantian tahun, meski tidak merata. Tingkat keterisian tetap lebih tinggi daripada tahun lalu meski pemerintah memutuskan menghapus cuti bersama.
"Peningkatan ada, tetapi tidak merata dan terpusat di daerah-daerah yang pasarnya wisatawan Nusantara," kata Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran, Jumat (31/12/2021).
Dia mengatakan keterisian hotel pada momen pergantian tahun berhasil didongkrak oleh biaya perjalanan yang lebih murah. Sebagaimana diketahui, pemerintah tidak menerapkan kewajiban tes PCR dan hanya menerapkan syarat tes antigen untuk perjalanan udara maupun darat.
"Selain itu biaya perjalanan lebih murah. Sekalipun ada tes PCR, biayanya tidak setinggi tahun lalu," kata Maulana.
Dia memperkirakan tingkat okupansi pada akhir tahun secara nasional bisa mencapai target kenaikan 5 sampai 10 persen, terlepas dari ketiadaan cuti bersama. Tahun lalu, rata-rata keterisian hotel pada Desember hanya di kisaran 40 sampai 50 persen.
"Tahun ini masyarakat yang berlibur tidak spesifik memilih akhir tahun sebagai start, ada yang lebih dulu sehingga bervariasi okupansinya. Perkiraan kami rata-rata 10 persen lebih tinggi daripada tahun lalu," kata Yusran.
Dia mencatat rata-rata okupansi mencapai 60 persen sepanjang kuartal IV/2021, didukung oleh aktivitas pertemuan berbagai instansi pemerintah dan staycation. Ini jauh berbeda dengan kondisi tahun lalu ketika okupansi hanya berada di kisaran 15 persen, imbas dari terbatasnya mobilitas masyarakat.