Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Sulit Masuk Pasar AS, Eksportir Mebel Ekspor 2022 Naik

Sepanjang tahun ini, ekspor produk mebel dan kerajinan mencetak rekor, dengan pertumbuhan mencapai 30 persen.
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. /Antara-Mansyur S
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. /Antara-Mansyur S

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri meyakini ekspor produk mebel dan kerajinan melanjutkan tren kenaikan pada 2022.

Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menyebutkan kenaikan ekspor produk mebel dan kerajinan mencetak rekor tertinggi sepanjang 2021 dengan besaran mencapai 30 persen secara tahunan. Dia meyakini ekspor pada 2022 tetap tumbuh meski pemerintah di negara tujuan ekspor mengurangi stimulus.

“Tahun depan tetap bisa tumbuh, meskipun tidak setinggi kenaikan pada 2021. Stimulus yang berkurang juga tidak jadi masalah,” kata Abdul Sobur, Kamis (30/12/2021).

Dia mengemukakan terdapat ceruk pasar dengan potensi yang besar di Amerika Serikat, imbas dari berkurangnya ekspor China ke negara tersebut. Perang dagang antara kedua negara tersebut membuat bea masuk produk mebel dan furnitur asal China menjadi kurang bersaing.

“Ada ceruk karena China masih kesulitan masuk pasar Amerika Serikat, nilainya mencapai US$25 miliar,” tambahnya.

Abdul mengatakan peluang pasar tersebut berpotensi diisi oleh Vietnam, Malaysia, Indonesia, Kanada, dan Meksiko. Dia mengatakan para negara produsen alternatif ini setidaknya bisa memanfaatkan berkurangnya pasokan dari China sampai 2024.

Data BPS memperlihatkan volume ekspor perabotan dalam kode HS 94 terus meningkat dalam 3 tahun terakhir. Selama Januari sampai Oktober 2021, volume ekspor mencapai 581.385 ton, naik daripada 2019 di angka 430.023 ton dan 2020 di angka 503.248 ton.

Secara nilai, ekspor perabotan selama kurun 2019 sampai 2021 berturut-turut menyentuh US$1,6 miliar, US$1,87 miliar, dan US$2,41 miliar.

Meski demikian, Abdul Sobur mengatakan peningkatan ekspor pada 2022 akan terkendala sejumlah hal, seperti keterbatasan kontainer dan mahalnya biaya pengapalan lintas benua.

“Situasi ini membuat penumpukan barang di pabrik-pabrik dan menyebabkan pengapalan terlambat. Jika demikian akan memengaruhi pembayaran ekspor juga,” katanya.

Pengusaha juga mengkhawatirkan risiko dari penyebaran varian baru Covid-19 di negara tujuan. Penyebaran varian Omicron dia sebut bisa memaksa negara tujuan menerapkan pembatasan dan memengaruhi tingkat permintaan.

Oleh karena itu, Abdul Sobur berharap pemerintah dapat mendukung optimasi momentum pada ekspor produk mebel. Kebijakan atau aturan yang menghambat industri dia harapkan bisa dihilangkan, misalnya sertifikasi SVLK pada produk hilir dan ancaman penyelundupan ekspor bahan baku.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper