Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hampir Tutup Tahun, Pelindo Belum Finalisasi Target 2022

Pelindo memiliki rencana jangka pendek hingga tahun 2022, dimana perusahaan akan fokus ke dalam fase Business Alignment and Integration pasca merger tahun ini.
Truk kontainer bersiap menurunkan kontainer ke dalam kawasan Terminal Peti Kemas dalam kawasan Pelindo./Bisnis-Anggara Pernando
Truk kontainer bersiap menurunkan kontainer ke dalam kawasan Terminal Peti Kemas dalam kawasan Pelindo./Bisnis-Anggara Pernando

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pelabuhan Indonesia (persero) atau Pelindo hingga saat ini belum melakukan finalisasi terhadap target operasional perusahaan di 2022. Perusahaan mengakui masih membahas target tersebut.

Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menjelaskan sampai dengan Oktober 2021, Pelindo membukukan kenaikan trafik peti kemas sebesar 19 persen yang tercatat sebesar 14 juta TEUs dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama pada 2020 sebesar 11,8 juta TEUs.

Sejalan dengan tren positif peti kemas, Pelindo mencatat trafik non peti kemas sampai dengan Oktober 2021 sebesar 135,8 juta ton, lebih tinggi 26 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 107,9 juta ton.

Realisasi peti kemas dan non peti kemas tersebut masing-masing mencapai sekitar 90 persen dan 95 persen dari target pada 2021.

“Sementara untuk target tahun depan masih belum final dan masih dalam pembahasan,” ujarnya, Selasa (14/12/2021).

Sejauh ini, Arif menuturkan dari kinerja operasional menjelang akhir tahun ini terjadi kenaikan di seluruh regional yang dikelola oleh Pelindo, yang sejalan dengan meningkatnya arus perdagangan ekspor dan impor melalui peti kemas internasional dan distribusi barang domestik pasca pandemi.

Tren positif ini, dia harapkan terus berlanjut hingga akhir tahun nanti, khususnya jelang nataru.

Seperti diketahui setelah resmi merger, Pelindo memiliki rencana jangka pendek hingga tahun 2022, dimana perusahaan akan fokus ke dalam fase Business Alignment and Integration.

Dalam fase ini, Pelindo akan berpusat kepada penyelarasan bisnis pasca integrasi melalui standarisasi dan integrasi operasional untuk peningkatan kualitas pelayanan. Dimulai dari Pelabuhan petikemas utama misalnya Ambon, Belawan, Makassar dan Sorong.

Untuk mempercepat proses peningkatan efisiensi bisnis proses di Pelabuhan, Pelindo membagi fokus bisnis melalui empat subholding, yakni PT Pelindo Terminal Petikemas untuk klaster bisnis peti kemas, PT Pelindo Multi Terminal untuk klaster bisnis non-petikemas, PT Pelindo Solusi Logistik untuk klaster logistik, serta PT Pelindo Jasa Maritim untuk klaster marine dan peralatan Pelabuhan.

Melalui empat subholding ini, diharapkan Pelindo mampu lebih cekatan dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan bisnisnya. Keempat subholding ini akan bersinergi untuk membangun ekosistem bisnis logistik Indonesia yang lebih baik melalui standarisasi operasional dan pelayanan kepelabuhanan.

Untuk selanjutnya, rencana jangka menengah yakni pada 2023 – 2024, Pelindo akan menitikberatkan pada Business Expansion & Partnerships. Dalam fase ini, perseroan mencanangkan beberapa program ekspansi bisnis seperti pengembangan bisnis melalui Strategic Partnership, kolaborasi dengan pelayaran domestik dan global untuk peningkatan konektivitas laut, serta pengembangan konektivitas dan ekosistem logistik melalui kerjasama dengan pelaku industri logistik darat.

Sedangkan untuk rencana jangka panjang yakni tahun 2025, Pelindo berkeinginan untuk menjadi World Class Port Ecosystem Integrator melalui beberapa rencana program kerja.

Sejumlah rencana tersebut adalah persiapan rencana ekspansi regional dan internasional Pelindo, peningkatan pemanfaatan teknologi digital dalam bisnis kepelabuhanan, serta penguatan konektivitas dan ekosistem logistik melalui kerjasama dengan kawasan industri.

Dengan standarisasi proses bisnis dan pelayanan di Pelabuhan-pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo, Arif meyakini pengguna jasa mendapatkan kemudahan dalam hal akses layanan operasional, antara lain dalam proses penjadwalan, billing, maupun pengangkutan.

Contohnya, dengan layanan pelabuhan yang terstandar di bawah satu komando, maka waktu yang dihabiskan kapal di pelabuhan relatif lebih singkat. Standarisasi pada layanan pandu, mekanisme proses bongkar muat kontainer hingga barang meninggalkan terminal pelabuhan inilah yang kedepannya diharapkan mampu berdampak pada penurunan biaya logistik secara bertahap.

“Selain itu, juga terdapat potensi pengembangan bisnis bagi pengguna jasa melalui kemitraan strategis, serta potensi kolaborasi dengan operator pelabuhan maupun operator pelayaran, baik domestik dan global untuk peningkatan konektivitas laut,” tekan Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper