Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mengizinkan swasta untuk mengimpor vaksin Covid-19 dosis ketiga, mengingat booster tersebut harus sudah mulai disuntikkan ke masyarakat pada Januari 2022.
Indonesia membutuhkan 231,4 juta dosis yang akan diberikan kepada 208,3 juta jiwa. Dengan tenggat yang mepet, pemerintah juga belum menyelesaikan persyaratan izin edar vaksin dosis ketiga dari WHO dan BPOM.
Lantas, apakah vaksinasi dosis ketiga dapat berjalan sesuai rencana dengan stok vial yang tercukupi di tengah tenggat sangat ketat?
Selain soal jalan terjal pengadaan vaksin booster dalam beberapa pekan ke depan, berbagai berita pilihan tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id. Mulai dari prospek ekspansi emiten barang konsumer pada 2022 hingga rencana drastis pemerintah menggunakan dana BPDPKS untuk mengintervensi anomali harga minyak goreng.
Berikut highlight Bisnisindonesia.id, Rabu (16/12/2021) :
Emiten Produk Barang Konsumsi Bersiap Ekspansi pada 2022
Pemulihan daya beli pascapandemi tahun depan menjadi tumpuan harapan bagi sejumlah emiten sektor barang konsumsi yang selama ini bisnisnya tertekan akibat pandemi. Beberapa emiten sudah mempersiapkan rencana ekspansi untuk mengejar ketertinggalan kinerja tahun depan.
Adapun, sepanjang 2021 kinerja perusahaan barang konsumen masih tertekanan kondisi pandemi dan pembatasan sosial. Belum lagi, kenaikan harga bahan baku memperkeruh suasana yang memukul kinerja dari sisi margin keuntungan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, mayoritas emiten barang konsumen membukukan penurunan laba hingga dobel digit hingga akhir kuartal III/2021.
PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 16,04 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp6,60 triliun dari sebelumnya Rp7,87 triliun. Sementara itu, pendapatan turun 7,47 persen menjadi Rp30,02 triliun.
PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) membukukan penurunan laba bersih sebesar 37,17 persen menjadi Rp977,93 miliar per 30 September 2021 dari sebelumnya Rp1,55 triliun.
Namun, penjualan bersih produsen permen Kopiko ini mengalami peningkatan sebesar 13,12 persen YoY menjadi Rp19,88 triliun dari sebelumnya Rp17,58 triliun.
Selanjutnya produsen permen Kino, PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) membukukan penurunan laba bersih sebesar 56,34 persen menjadi Rp78,63 miliar dari sebelumnya Rp180,10 miliar. Penjualan KINO tercatat turun 5,75 persen menjadi Rp2,93 triliun dari sebelumnya Rp3,11 triliun.
Hanya produsen mi Indomie PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. yang mencatat kenaikan laba yaitu sebesar 25,40 persen menjadi Rp4,96 triliun sedangkan pendapatannya naik 25,74 persen menjadi Rp42,62 triliun.
Dana BPDPKS Bakal Dipakai untuk Intervensi Harga Minyak Goreng
Intervensi pemerintah untuk stabilisasi harga minyak goreng diwacanakan menggunakan dana kelolaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS.
Dalam kaitan itu, Kementerian Perdagangan pun telah membawa usulan tersebut ke Kementerian Koordinator bidang Perekonomian untuk dibahas.
Harga minyak goreng curah hingga kemasan terpantau masih stabil tinggi di atas harga acuan Rp11.000 per liter, seiring dengan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang berada di atas US$1.000 per ton.
Kemendag melaporkan harga CPO internasional telah menyentuh US$1.305 per ton, harga ini 27,17 persen lebih tinggi daripada harga pada awal 2021.
Kenaikan harga CPO telah memicu kenaikan harga minyak goreng curah yang kini telah menyentuh Rp17.600 per liter dan minyak goreng kemasan di level Rp19.000 per liter.
Menyikapi isu tersebut, kementerian dan lembaga terkait akan membahas solusi harga minyak goreng yang tinggi, termasuk soal usul penggunaan dana BPDPKS untuk stabilisasi harga minyak goreng.
Pemakaian dana yang dihimpun BPDPKS untuk pangan disebut Isy memungkinkan karena tertuang dalam Pasal 11 Peraturan Presiden (Perpres) No. 66/2018 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Selain untuk peremajaan kebun kelapa sawit dan penelitian serta pengembangan, beleid tersebut menyebutkan dana yang dihimpun bisa digunakan dalam rangka pemenuhan hasil perkebunan sawit untuk pangan, penghiliran industri, dan pemanfaatan biodiesel.
BPDPKS sendiri mengelola dana yang bersumber dari pungutan ekspor CPO dan produk turunannya.
Badan layanan umum tersebut sempat memproyeksikan potensi dana yang dihimpun pada 2021 mencapai Rp45 triliun jika harga CPO stabil di kisaran US$870 per ton.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
Kinerja Masih Tertatih, Saatnya Masuk Reksa Dana Saham
Perbaikan perekonomian di Tanah Air sepanjang tahun ini mendorong penguatan di pasar saham. Namun, hal tersebut tidak serta merta membuat kinerja instrumen reksa dana saham ikut menguat. Lantas, seberapa menarik peluang kinerja instrumen ini?
Berdasarkan laporan mingguan PT Infovesta Utama, dana kelolaan reksa dana indeks per November 2021 berdenominasi rupiah mengalami penurunan dari Rp9,39 triliun menjadi Rp9,15 triliun.
Sepanjang tahun berjalan kinerjanya melemah 2,66 persen, sedangkan dari bulan ke bulan tumbuh 5,37 persen. Hal ini disebabkan oleh pergerakan harga yang cenderung fluktuatif.
Sementara itu, dijelaskan bahwa tren musiman atau seasonal trend di akhir tahun yang dikenal dengan istilah window dressing juga menjadi katalis positif pergerakan pasar modal, setelah sebelumnya ditopang oleh kinerja perbaikan perekonomian.
Infovesta menyampaikan tren window dressing tersebut berpeluang melanjutkan tren positifnya hingga Januari mendatang yang dikenal dengan istilah January Effect.
Menurut Infovesta, adanya tren tersebut berdampak pada penguatan kinerja indeks acuan atau indeks harga saham gabungan (IHSG), kendati sebelumnya sempat tertekan akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 dan kekhawatiran penyebaran varian Omicron.
Meredanya sentimen tersebut berhasil mengangkat kembali IHSG naik 11,27 persen YtD ke level 6.653.
Tenggat Ketat Mengamankan Impor & Izin Edar Vaksin Booster
Pemerintah mengebut pengadaan dan penerbitan izin edar darurat untuk vaksin Covid-19 dosis ketiga, di tengah tenggat mepet pemberian booster kepada masyarakat yang diagendakan pada Januari 2022.
Adapun, kebutuhan vaksin dosis ketiga atau booster mencapai 231,4 juta dosis yang akan disuntikan kepada 208,3 juta jiwa.
Namun, pemerintah hanya akan menanggung pengadaan vaksin sebanyak 92,4 juta dosis lewat alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pengadaan dosis vaksin lewat APBN itu diberikan kepada kelompok masyarakat lanjut usia atau lansia sebanyak 21,5 juta jiwa dan penerima bantuan iuran (PBI) nonlansia yang mencapai 61,6 juta jiwa.
Ihwal pelibatan perusahaan swasta itu, Kementerian Kesehatan berharap langkah itu dapat memberi keseimbangan suplai dan harga di pasar nantinya. Di sisi lain, masyarakat dinilai dapat memperoleh sejumlah jenis vaksin yang bervariasi.
Kendati demikian, pemerintah memastikan seluruh vaksin yang bakal digunakan untuk program booster telah mendapat persetujuan dari World Health Organization (WHO) dan izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Real Estat Industri & Logistik Tahun Depan Beri Laba 20 Persen
Industri dan logistik akan menjadi aset real estat paling dicari di Asia Pasifik tahun depan dengan penanam modal mengantisipasi keuntungan sebesar 10 persen hingga 20 persen dari nilai modal.
Sementara itu, ruang perkantoran inti dan inti-plus adalah preferensi investasi teratas bagi investor secara global, kata konsultan properti Colliers dalam Laporan Outlook Investor Global 2022.
Dengan arus modal antarnegara yang kemungkinan kembali setelah dimulainya lagi perjalanan dan aktivitas bisnis secara progresif, lebih banyak investor diharapkan menerapkan rencana investasi yang tertunda pada 2022.
Menurut laporan survei oleh Colliers, aset industri dan logistik adalah yang paling didambakan di Asia Pasifik, dengan lebih dari 20 persen investor mengantisipasi keuntungan nilai modal 10 hingga 20 persen dalam aset industri dan logistik nilai tambah pada 2022.
Kantor inti-plus tetap menjadi kelas aset yang populer bagi investor regional di Singapura, Sydney, dan Tokyo, demikian pantauan Colliers.
Konsultan itu mencatat 63 persen responden menunjukkan mereka berencana berinvestasi dalam aset ini dibandingkan dengan 54 persen tahun lalu.
Fenomena ini menandakan kepercayaan pada stabilitas dan prospek pertumbuhan modal dari pasar ini, bahkan ketika organisasi bereksperimen dengan model kerja jarak jauh dan hibrida.