Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fenomena Apartemen Berhantu, Ini Kata Pengembang Properti

Pengembang properti angkat bicara tentang fenomena apartemen berhantu di tengah pandemi Covid-19.
Kendaraan bermotor melintas di depan gedung apartemen di Jakarta, Jumat (29/5/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Kendaraan bermotor melintas di depan gedung apartemen di Jakarta, Jumat (29/5/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena apartemen berhantu atau apartemen sewa yang banyak tak berpenghuni terjadi selama pandemi Covid-19.

Direktur PT Jababeka Tbk Suteja S. Darmono mengatakan kondisi pasar apartemen saat ini memang butuh perhatian. 

"Beredar kabar seliweran apartemen hantu kembali lagi. Ini sinergi mau kita perangi. Saya tekankan bahwa apartemen ini perlu perhatian," ujarnya dalam Diskusi Panel Rumah.com - Arah Pandang Pasar dan Tren Properti 2022, Kamis (9/12/2021). 

Menurutnya, tren apartemen berhantu ini tidak akan hilang meski saat ini sedang mengalami pergeseran tren kepada rumah tapak.

"Dia  menuturkan hal itu sebagai sebuah "cegukan" dimana tren ini sedang shifting ke landed housing.

"Apartemen ini akan selalu menjadi tren on the future. Di negara maju semua masuk ke apartemen masak kita mau balik ke masa lampau yakni landed housing," imbuhnya. 

Oleh karena itu, Suteja meyakini ada masa depan apartemen bakal menjadi pilihan masyarakat perkotaan.

Dia menilai apartemen ini masih menarik untuk jangka menengah maupun panjang.

Dalam kesempatan yang sama, Managing Director Strategic Business & Services Sinar Mas Land Alim Gunadi optimistis permintaan pasar apartemen mulai meningkat pada pertengahan 2023 mendatang.

Terlebih karena jika sudah terbentuk kekebalan komunal dan dilonggarkan aturan perjalanan dari luar negeri sehingga investor asing bisa kembali menyewa apartemen di sekitar kantor mereka.

"Mungkin hipotesanya apartemen kembali di first quarter 2023, bahwa first half 2022 ada herd immunity, ada booster, traveling para investor dibuka, mereka masuk. Pun tidak sebesar yang lama. Begitu ada orang foreign masuk mereka butuh tempat tinggal, dan mereka minta di sekitar kantor atau CBD," katanya.

Menurutnya, permintaan apartemen lesu sudah terjadi sebelum masa pandemi, karena kondisi over supply.

Selain itu, pemasaran apartemen lebih berat karena tidak hanya harus berkompetisi dengan pasar primary atau yang baru namun juga bersaing dengan pasar secondary.

Dia mengatakan pandemi Covid - 19 mendorong perilaku masyarakat tidak mengharuskan tinggal berdekatan dengan kantornya sehingga permintaan apartemen di Jakarta juga semakin minim.

Hal ini masyarakat memilih untuk tinggal di luar Jakarta yakni pinggiran Jakarta sehingga membuat apartemen di pusat kota menjadi sepi.

"Kami berharap pemerintah mengeluarkan stimulus khusus apartemen sehingga bisa mendorong penjualan apartemen. Selain itu saya berharap pengembang untuk terus mendorong penjualan hunian vertikal ini," terang Alim.

Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Kawasan Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie menambahkan penurunan pasar apartemen terjadi bukan karena pandemi Covid-19 tetapi sebelum pandemi ada sudah terjadi penurunan permintaan pasar apartemen.

"Ini menjadi evaluasi bagi kita semua mengapa apartemen ini turun bahkan sebelum pandemi," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper