Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan kontribusi sawit pada perekonomian adalah sebesar 15,6 persen terhadap total ekspor non-migas, dan 3,5 persen terhadap PDB nasional. Industri sawit juga memperkerjakan 16,2 juta pekerja.
"Industri sawit ini selain mendorong kemandirian energi, mengurangi emisi gas, juga mengurangi impor solar atau diesel sebesar Rp38 triliun di tahun 2020, sedangkan tahun ini dengan adanya program B30 diperkirakan terjadi penghematan devisa sebesar Rp56 triliun,” ungkap Airlangga, seperti yang dikutip dari siaran resmi, Rabu (17/11/2021).
Airlangga menambahkan program mandatori Biodiesel B30 juga mendorong stabilitas harga sawit dan membuat sawit masuk dalam supercycle dengan harga sebesar US$1,283 per ton.
Selain itu, sawit memberikan nilai tukar kepada petani dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) yang juga relatif paling tinggi selama periode ini, yaitu antara Rp2.800 sampai Rp3.000 rupiah per TBS. Hal itu disampaikannya pada Pekan Riset Sawit Indonesia, yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) secara virtual, Rabu (17/11/2021).
Airlangga menambahkan peran riset dan pengembangan serta pemanfaatan teknologi menjadi sangat penting dalam meningkatkan bargaining position negara. Dia menjabarkan riset industri sawit harus menitikberatkan pada tiga pilar utama.
Pertama, aspek penguatan, aspek pengembangan, dan aspek peningkatan pemberdayaan perkebunan dan industri sawit yang bersinergi baik dari hulu maupun hilir.
Baca Juga
Kedua, konsolidasi data, produktivitas, peningkatan kapasitas maupun teknologi di pabrik kelapa sawit, dan tentunya pemberdayaan petani sawit.
Ketiga, pengembangan domestik market dengan penggunaan bahan bakar nabati, dan riset di bidang pengembangan biodisel 100 dan avtur.
“Riset ini harus terus dilakukan agar produk sawit bisa terus memberikan nilai tambah, dan hilirnya juga perlu ditingkatkan."
Airlangga juga berharap adanya proses perbaikan secara terus-menerus terutama dari hulu mulai dari perbaikan benih/varietas, pupuk, alat mesin, kultur budidaya, cara-cara teknik panen, sampai dengan hilir. Hal ini bisa berupa pengembangan produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, memperluas pasar, serta memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Terkait dengan situasi kebun sawit, saat ini kepemilikan masyarakat masih sebesar 41 persen. Oleh karena itu, petani kecil atau smallholders dinilai perlu diberikan dukungan terutama menghadapi isu perubahan iklim dan, hasil kebun rakyat yang selama ini lebih rendah daripada kebun yang dimiliki oleh swasta maupun BUMN.