Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku bahwa menerima banyak pesan singkat melalui ponsel pribadinya soal rencana pembangunan smelter di Papua.
Bahlil mengatakan banyak mendapatkan pesan terkait dengan rencana investasi fasilitas peleburan tembaga itu, melalui WhatsApp pribadinya.
"Menyangkut dengan investasi di Papua khususnya tentang smelter Freeport, saya punya WA itu terlalu banyak juga yang masuk menyangkut barang ini," ujar Bahlil pada konferensi pers, Rabu (27/10/2021).
Awalnya, Bahlil mengungkap bahwa dirinya mengikuti dinamika terkait dengan rencana investasi smelter untuk hasil tambahng tembaga Freeport, khususnya di Papua dan Papua Barat. Dia mengaku sering mendapatkan masukan dari berbagai pihak seperti Kamar Dagang dan Industri (Kadin), asosiasi, organisasi kepemudaan dan adat, serta kelompok intelektual.
Menurut Bahlil, berbagai pihak tersebut menanyakan alasan mengapa smelter didirikan di Gresik, bukan di Papua. Bahkan, Bahlil mengaku sering menerima protes.
"Protes, surat, itu banyak sekali. Bahkan, ada yang mengatakan kepada saya, 'Kakak, seperti kakak bukan dari Papua saja,'," cerita Bahlil.
Oleh sebab itu, Bahlil mengatakan sudah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo terkait dengan aspirasi untuk membangun smelter di Papua. Sekarang, Kementerian Investasi/BKPM tengah merumuskan langkah-langkah komprehensif antara Kementerian BUMN dan PT Freeport Indonesia.
"Kami akan meningkatkan kapasitas produksi copper Freeport dari 3 juta menjadi 3,8 juta atau lebih, dan ini sudah kami komunikasikan ke Kementerian ESDM. Lebihnya itu ke depan, akan kami rencanakan [untuk] membangun smleter di Papua," jelas Bahlil.
Bahlil lalu berpesan agar pihak terkait bisa mendukung proses peningkatan kapasitas produksi Freeport ini untuk pembangunan smelter.
"Untuk teman-teman Papua, saya sudah memahami dan siap untuk diperjuangkan," pungkasnya.