Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Agustus 2021, seiring dengan menguatnya permintaan ekspor dan kenaikan harga komoditas.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada bulan tersebut sebesar, US$4,74 miliar. Surplus ini lebih tinggi dari bulan Juli lalu sebesar US$2,59 miliar.
Sebagai catatan, surplus neraca perdagangan pada bulan Juli 2021 merupakan surplus ke-16 kalinya sejak Mei 2020.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan pertumbuhan ekspor cukup tinggi ditopang oleh permintaan yang kuat dan kenaikan harga komoditas utama RI.
"Surplus di Agustus, membukukan secara beruntun dalam 16 bulan terakhir," kata Margo dalam paparan BPS, Rabu (15/9/2021).
Surplus sebesar US$4,74 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,72 miliar. Sedangkan di sektor migas terjadi defisit US$0,98 miliar.
Baca Juga
Kinerja ekspor sepanjang Agustus 2021 tercatat tumbuh 64,10 persen menjadi US$21,42 miliar (year-on-year/yoy).
"Ekspor kita cukup tinggi dibandingkan Agustus 2020 dan 2019," paparnya.
Ekspor Migas tumbuh 77,93 persen menjadi US$1,07 miliar dan nonmigas naik 63,43 persen menjadi US$20,36 miliar.
Berdasarkan sektornya, ekspor pertambangan dan lainnya tumbuh signifikan hingga 162,89 persen (yoy) menjadi US$3,64 miliar.
Secara bulanan, pertumbuhannya mencapai 27,23 persen (month-to-month/mtm).
Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami penurunan -0,42 persen (yoy). Penurunan ini dipicu ekspor cengkih yang turun sebesar -73,27 persen, udang hasil tangkap -87,80 persen dan sarang burung -18,43 persen.
Namun, sektor ini secara bulanan tercatat tetap tumbuh 17,89 persen (mtm).
Sementara itu, impor pada bulan lalu tumbuh 55,26 persen dari tahun lalu (yoy). Impor migas tumbuh signifikan sebesar 115,75 persen menjadi US$2,05 (yoy). Sementara itu, impor nonmigas tumbuh 49,39 persen.
Impor secara tahunan didorong oleh pertumbuhan impor bahan baku sebesar 59,59 persen menjadi US$12,38 miliar.