Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Upaya Tekan Impor BBO, Ini Catatan GPFI

Kementerian Perindustrian sebelumnya menyatakan hendak menurunkan impor bahan baku obat (BBO) hingga 40 persen.
Presiden Jokowi mengunjungi salah satu apotek di Kota Bogor, Jabar, Jumat (23/7/2021). /BPMI Setpres
Presiden Jokowi mengunjungi salah satu apotek di Kota Bogor, Jabar, Jumat (23/7/2021). /BPMI Setpres

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah dalam mendorong industri bahan baku obat dalam negeri (BBO).

Vincent Harijanto, Ketua Komite Pengembangan Perdagangan dan Industri Bahan Baku GPFI menyambut positif target yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan impor BBO hingga 40 persen. Namun, realisasinya tidak seperti membalikkan telapak tangan.

Dia mengatakan perlu keseriusan pemerintah dalam menggalakkan kebijakan dan regulasi yang sudah ada terutama dalam hal menaikkan daya saing.

"Kita memang harus menurunkan dari [impor BBO] dari 90 persen, tetapi saya menggarisbawahi supaya peran pemerintah bisa direalisasikan," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (14/9/2021).

Dengan terbatasnya industri BBO dalam negeri dan kapasitas yang minim, sulit untuk menyaingi produk impor dari India dan China.

Selain itu, yang tidak kalah penting untuk disiapkan adalah industri intermediate atau hulu dari BBO yakni petrokimia. Pengembangan ini sudah dibicarakan dengan pihak-pihak terkait, lanjutnya, tetapi sejauh ini baru sekadar rencana.

"Saya ingin tetap menggarisbawahi peran pemerintah dimana. Kalau tidak ya swasta akan kesulitan. Kalau makin ditunggu, tidak ada support, kita akan ketinggalannya makin banyak," ujar Vincent.

Diketahui, saat ini baru ada 3 industri bahan baku obat di dalam negeri yaitu PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP), PT Riasima Adi Farma, dan PT Dexa Medica.

KFSP telah memproduksi 10 molekul BBO sejak didirikan pada 2016 dan berencana mengembangan 3 hingga 4 jenis lainnya pada tahun ini.

Sementara itu, Kementerian Perindustri mengakui persoalan besar masih menggantung di industri farmasi dalam negeri, yakni ketergantungan terhadap bahan baku obat (BBO) impor.

Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Muhammad Taufiq mengatakan terdapat proses yang sangat panjang, rumit, dan kompleks, dalam upaya membangun industri BBO. Terlebih lagi, tingkat keberhasilannya sangat bervariasi. Selain itu, masih ada isu seputar keamanan serta lingkungan, membuat industri ini membutuhkan modal dan investasi yang sangat mahal dengan return on investment (ROI) yang sangat panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper