Bisnis.com, JAKARTA – Tren transisi menuju energi hijau tidak menyurutkan langkah PT Medco Energi Internasional Tbk. untuk tetap ekspansif di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).
VP Corporate Planning & Investor Relations Medco Energi Myrta Utami mengatakan bahwa dalam portofolio bisnis perusahaan, sektor hulu migas masih memiliki porsi yang paling besar dalam investasi, yakni sebesar 60 persen.
Sepanjang tahun ini, emiten berkode saham MEDC itu bakal mengucurkan anggaran investasi senilai US$215 juta. Dari jumlah itu MEDC akan mengeluarkan US$150 juta untuk pengembangan aset migas miliknya.
“Salah satu aktivitas yang saat ini kami lihat adalah dengan Natuna discoveries, dari Blok B yang kami temukan pada 2020, kami masih lihat bagaimana pengembangan ke depannya di Natuna. Dari US$150 juta untuk migas, akan banyak dialokasikan ke Blok B,” ujarnya dalam acara IPA Convex 2021, Rabu (1/9/2021).
Selain itu, MEDC juga menyiapkan anggaran sebesar US$65 juta untuk pengembangan bisnis di sektor kelistrikan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas IPP Riau berkapasitas 275 megawatt (MW), dan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 26 MW peak.
Myrta menuturkan, kendati kondisi global tengah mengarah ke tren transisi energi hijau, pihaknya mengaku masih mengkaji untuk mengubah portofolio bisnisnya.
“Apakah Medco akan masuk green investment? Mungkin saat ini kami masih akan kaji dulu ke arah sana atau tidak. Tapi kalau dilihat dari portofolio bisnis Medco, 60 persen masih fokus di gas, powernya juga kami tidak beroperasi di batu bara, dan mining juga berupa copper mining. Jadi pathway-nya masih ke sana,” jelasnya.
Langkah MEDC untuk tetap fokus mengeksplorasi dan memproduksi migas, kata dia, sejalan dengan arah pemerintah yang akan tetap memperkuat posisi sektor tersebut sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 yang telah memberikan dampak terhadap hampir seluruh sektor perekonomian secara global, industri hulu migas sebagai salah satu sektor kritikal, tetap harus melaksanakan aktivitasnya guna mencari dan memproduksi hasil bumi itu.
Arifin menjelaskan, Indonesia masih membutuhkan energi yang besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Salah satu sumber daya yang bisa dimanfaatkan dengan besar, salah satunya adalah migas.
“Selain sebagai sumber energi, industri hulu migas juga merupakan penggerak perekonomian nasional. Keberadaan industri migas di berbagai tempat di Indonesia telah mendorong munculnya aktivitas-aktivitas perekonomian lainnya di wilayah tersebut,” jelasnya.
Arifin menilai, tren transisi energi yang sedang terjadi di dunia saat ini memerlukan upaya peralihan yang terukur dengan matang.
Adapun, pemerintah tengah menyelesaikan penyusunan Grand Strategi Energi Nasional dengan dua hal yang menjadi agenda penting, yaitu peningkatan produksi migas dan penurunan emisi karbon yang harus dapat berjalan bersama dengan saling bersinergi.
“Peran migas masih strategis,” ucap Arifin.
President Indonesian Petroleum Association Gary Selbie menilai, industri hulu migas masih memainkan peran utama dalam bauran energi Indonesia dan akan terus memegang perannya dalam kurun waktu yang lama.
“Industri migas yang kuat juga berdampak positif bagi perekonomian nasional secara lebih luas karena multiplier effect-nya, baik dalam hal penciptaan lapangan kerja maupun dalam pengembangan teknologi dan kemampuan nasional,” ucapnya.