Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Bisa Mulai Tapering Tahun Ini, Harga Batu Bara Terimbas

Dampak tapering The Fed terhadap pasar keuangan dapat berimbas pada harga rata-rata komoditas batu bara.
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell menyatakan bahwa Bank Sentral dapat menarik stimulus mulai tahun ini, atau tapering off, seiring dengan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS), Jumat (27/8/2021).

Dia menyebut Bank Sentral AS akan memulai pengurangan pembelian aset tahun ini seiring dengan mengawasi risiko dari Covid-19 yang terus berkembang. Sementara untuk suku bunga acuan, akan dilakukan setelah kembalinya perekomian ke tingkat ketenagakerjaan maksimum dan inflasi ke 2 persen sesuai dengan target The Fed.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, dalam kajiannya menyampaikan bahwa dampak tapering terhadap pasar keuangan dapat berimbas pada harga rata-rata komoditas batu bara.

Faktor pengetatan kebijakan moneter AS, kata Andry, bisa mengoreksi harga rata-rata batu bara 2021 sebesar US$104,3 per ton.

“Kami memperkirakan harga rata-rata batu bara tahun 2021 sebesar US$104,3 ton,” jelas Andry pada kajian yang diterima Bisnis, Jumat (27/8/2021).

Menurut Andry, pengurangan likuiditas oleh The Fed akan menekan likuiditas dolar AS serta mengurangi efek spekulasi di pasar yang telah terjadi sejak Bank Sentral AS tersebut memberikan sinyal tapering seiring dengan perbaikan ekonomi.

“Ke depan, kami berpandangan harga akan terkoreksi karena beberapa sebab," imbuhnya.

Pertama, stok batu bara domestik China yang perlahan meningkat. Kedua, tapering di Amerika Serikat diprediksikan akan terjadi lebih cepat mulai akhir tahun 2021, yang akan menekan likuditas dolar AS dan mengurangi efek spekulasi di pasar.

Di sisi lain, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menganggu kinerja eskpor batu bara di dalam negeri. Pertama, ketergantungan Indonesia terhadap permintaan batu bara China, akan membuat kinerja ekspor sangat rentan terhadap kebijakan impor batu bara China. Kedua, persaingan yang lebih ketat dengan batu bara Australia di pasar India, karena penetrasi Australia di pasar India lebih intensif.

Adapun, volume ekspor batu bara Indonesia pada Juni 2021 meningkat 14,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, jika dibandingkan secara bulanan (month-to-month/mtm), terjadi sedikit penurunan dari 37,7 juta ton pada Mei 2021, menjadi 36,7 juta ton pada Juni 2021.

Di sisi harga, batu bara masih menunjukkan angka yang tinggi. Harga spot batu bara (Newcastle) pada 25 Agustus 2021 adalah US$170,8 per ton. Pada 16 Agustus 2021, harga batu bara sempat mencetak rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir yaitu US$173,4 per ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper