Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura I (Persero) senantiasa berupaya menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan dengan memperhatikan berbagai aspek atau indikator pada tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) atau sustainable development goals (SDG's) demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat, salah satunya adalah kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan.
Angkasa Pura I berupaya untuk mendukung dan meningkatkan keterlibatan perempuan dalam berkarya, bekerja, dan berkontribusi, baik bagi diri sendiri, perusahaan, dan masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan diluncurkannya Komunitas Srikandi Angkasa Pura I, yang merupakan turun dari Program Srikandi BUMN, pada Februari 2021 lalu. Melalui Komunitas Srikandi Angkasa Pura I ini, berbagai program yang mendukung kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan diinisiasi dan diperkuat.
"Sejalan dengan komitmen Angkasa Pura I untuk mewujudkan prinsip sustainable development goals nomor 5, yaitu tercapainya kesetaraan jender melalui pemberdayaan perempuan, Angkasa Pura I menginisiasi berbagai program yang mendukung pemberdayaan perempuan melalui Komunitas Srikandi Angkasa Pura I. Komunitas ini hadir sebagai support system bagi para perempuan Angkasa Pura I untuk terus dapat berkembang dan meningkatkan keahlian, eksistensi, dan kompetensi diri," Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I (Persero) Devy Suradji.
Adapun beberapa program atau kebijakan perusahaan yang propemberdayaan perempuan yaitu penyediaan fasilitas khusus bagi perempuan seperti nursery room, child care facility, penyesuaian kerja untuk pegawai hamil dan menyusui, dan cuti di luar tanggungan bagi pegawai yang mengikuti program bayi tabung; kegiatan khusus seperti webinar dengan topik-topik pemberdayaan perempuan; program pengembangan karir bagi perempuan (rencana karir alternatif, program sistem pendukung oleh konselor profesional untuk memberi layanan konseling); program coaching dan mentoring dengan pemimpin perempuan; dan komunitas hobi dan minat khusus perempuan.
Foto: dok. Angkasa Pura I
Terkait pewujudan salah satu indikator SDG's nomor 5 yaitu distribusi jabatan manajer perempuan pada organisasi atau perusahaan, saat ini di Angkasa Pura I jumlah pegawai perempuan masih di bawah 20 persen, dan yang menempati posisi struktural pada level BOD-3 hanya 18 persen dibandingkan dengan lelaki.
"Diharapkan dengan telah munculnya kesadaran dan dimulainya berbagai program yang mendukung pemberdayaan perempuan di lingkungan kerja Angkasa Pura I, diharapkan jumlah keterwakilan perempuan yang menduduki jabatan struktural perusahaan akan akan makin meningkat," ujar Devy Suradji.
Selain berbagai program peningkatan awareness terhadap pentingnya pemberdayaan perempuan, Angkasa Pura I juga telah memiliki kebijakan dan peraturan yang mendukung pewujudan kesetaraan jender, salah satunya yaitu kriteria formal untuk proses seleksi, rekrutmen, promosi, dan pelatihan dengan tidak membedakan antara pegawai laki-laki dan perempuan yang tertuang dalam perjanjian kerja bersama (PKB), kecuali posisi yang diharuskan diisi oleh pegawai pria sesuai dengan regulasi.
Angkasa Pura I sudah mengimplementasikan kebijakan cuti bersalin selama 3 bulan dan kebijakan pendukung bagi cuti ayah dalam pendampingan proses bersalin selama 3 hari serta kebijakan sumbangan kelahiran yang tertuang dalam PKB terkait dengan cuti alasan penting dan sumbangan kelahiran.
Lebih dari itu, Angkasa Pura I juga berupaya mengakomodasi kondisi work life balance untuk mendukung pegawai yang juga berperan sebagai orang tua melalui penerapan kebijakan cuti alasan penting, anak pegawai melangsungkan pernikahan, anak pegawai melangsungkan upacara potong gigi, anak pegawai dikhitan atau dibaptis, serta pemberian Tunjangan Anak Sekolah bagi pegawai yang tertuang dalam PKB.
"Dengan hadirnya Komunitas Srikandi Angkasa Pura I, diharapkan program-program perusahaan terkait pemberdayaan wanita dapat diperkuat dan pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap peningkatan nilai tambah perusahaan dan masyarakat di masa mendatang,” tambah Devy.