Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta PT PLN (Persero) untuk bertransformasi menjadi penyedia listrik berbasis energi bersih secara masif.
Erick mengatakan bahwa sudah banyak negara yang mulai menekan posisi Indonesia untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan dari keseluruhan proses rantai pasok produksinya, seiring komitmen global untuk mencapai netral karbon pada 2050.
"Sekarang banyak aturan di banyak negara, sudah mulai menekan posisi kita di mana posisinya kalau tidak hasil produksinya dilakukan secara supply chain yang bersahabat dengan alam maka produksi-produksi ini akan di-tax setinggi-tingginya, bahkan tidak boleh masuk," ujar Erick dalam acara Penyerahan Oksigen oleh Menteri BUMN kepada Rumah Sakit Penanganan Covid-19 Hasil Produksi Pembangkit PLN secara virtual, Kamis (12/8/2021).
Menurutnya, kunci menghadapi tekanan global tersebut adalah sumber listrik yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT). Oleh karena itu, PLN akan berperan penting dalam mendukung produksi berbasis industri Indonesia ke depan dengan memproduksi listrik ramah lingkungan.
Dia menuturkan, dalam 19 tahun ke depan, PLN harus mengkonversi pembangkit listrik fosilnya sebanyak 21 gigawatt (GW) menjadi pembangkit EBT. Kemudian, 15 tahun berikutnya, PLN harus mengkonversi sebanyak 29 GW pembangkit fosilnya menjadi EBT. Dengan langkah ini diharapkan PLN dapat mencapai target netral karbon di 2060.
"Kalau PLN tidak bertransformasi, produksi listrik tidak ramah lingkungan, hasil produksi negara kita pun juga tidak akan diakui di negara lain. Ini keharusan tidak bisa ditawar-tawar," kata Erick.