Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor produk makanan dan minuman (mamin), khususnya yang bersertifikasi halal asal Indonesia ke Jepang diproyeksi moncer karena dinilai akan menjadi tren konsumsi masyarakat Negeri Sakura dalam beberapa tahun ke depan.
Atase Dagang KBRI Tokyo Arief Wibisono mengatakan potensi mamin halal asal Indonesia di Jepang tidak terlepas dari kualitas serta faktor kesehatan dari produk yang dimiliki, serta penerimaan Negeri Sakura terhadap legalitas halal Tanah Air.
"Ini keuntungan yang bisa Indonesia peroleh. Produk mamin halal Indonesia akan tidak hanya menyasar 200.000 imigran muslim di Jepang," Ujar Arief dalam acara peringatan 3 tahun berdirinya IJB Net, Selasa (10/8/2021).
Terkait dengan legalitas mamin asal Indonesia, Arief mengatakan Jepang sudah menerima cap halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Perlu diketahui, Indonesia memiliki kontribusi sekitar 2 persen dari seluruhimpor Jepang dan masuk sebagai negara 12 besar eksportir, di bawah beberapa negara Asean seperti Thailand dan Malaysia.
Namun demikian, sambung Arief, informasi dari salah satu importir Indonesia di Jepang, kenaikan impor produk pangan asal RI secara keseluruhan melonjak 140–200 persen selama pandemi.
Baca Juga
"Sebab, masyarakat Jepang yang WFH berkeinginan mencari makanan di supermarket untuk dimasak di rumah," sambungnya.
Sejumlah peluang lain bisa diraup jika melihat kondisi Jepang yang sedang berupaya menghilangkan ketergantungan impor bahan makanan yang mayoritas berasal dari China, seperti Jamur. Sebanyak 60 persen pangan tersebut berasal dari Negeri Panda.
Terkait dengan hal itu, tambah Arief, Indonesia dinilai sebagai negara yang bisa dijadikan sebagai substitusi impor untuk karena memiliki keunggulan dalam hal harga.
Adapun, rata-rata tarif bea masuk produk impor asal Indonesia (selain susu, produk susu, dan sereal) relatif rendah, yakni di bawah 30 persen. Indonesia sendiri merupakan negara utama penghasil komoditas pertanian yang diimpor Jepang.
Prospek produk mamin Indonesia untuk bisa memenuhi pasar impor Jepang juga cukup besar karena diuntungkan oleh jarak yang lebih dekat dibandingkan dengan negara lain di Asia Barat, Eropa, dan Amerika.
Berdasarkan pelabuhan, impor Jepang dari Indonesia sebagian besar dilakukan melalui Pelabuhan Kobe dengan pangsa 22 persen. Nagoya dan Tokyo berada di peringkat ke-2 dan ke-3 dengan pangsa masing-masing 20,7 persen dan 16,3 persen.
"Pelabuhan-pelabuhan tersebut memiliki peran penting sebagai pintu masuk produk-produk Indonesia di Jepang," kata Arief.