Bisnis.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub mencatat adanya penurunan jumlah armada bus yang beroperasi di Terminal Tipe A Pulo Gebang selama penerapan PPKM Darurat Jawa-Bali 3-20 Juli 2021.
Dirjen Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan penurunan operasional bus tersebut bahkan mencapai 60 persen dari jumlah yang biasanya beroperasi sebelum adanya pengetatan perjalanan.
"Kalau untuk data yang saya dapatkan di Jabodetabek, untuk kendaraan angkutan umum baik bus yang berangkat atau datang ke Jakarta termasuk juga penumpangnya itu rata-rata ada penurunan tapi bervariasi. Termasuk di Pulo Gebang itu yang rutin biasanya kedatangan bisa mencapai 124 kendaraan kemudian yang keberangkatan bus itu sekitar 159. Rata-rata sekarang menjadi 60 kendaraan, artinya menurun sampai dengan 60 persen," katanya, Jumat (9/7/2021).
Sementara dari jumlah penumpang di Pulo Gebang, dia menyebut penurunannya bahkan sangat drastis. Pasalnya, pada 8 Juli 2021, hanya terdapat 7 orang calon penumpang yang akan berangkat dari terminal tersebut.
"Kemarin di Pulo Gebang kan kita sudah berlakukan [pengetatan] dan kita bantu kepada masyarakat untuk melengkapi Rapid Test Antigen kalau mau berangkat termasuk juga kita akan siapkan juga vaksin. Kemarin itu [8 Juli] hanya sekitar 7 orang yang akan berangkat dan itu sudah kita fasilitasi. Jadi [penumpang] sangat sedikit sekali," ujarnya.
Terpisah, salah satu Perusahaan Otobus (PO) yakni PO Sumber Alam mengaku memang terpaksa mengurangi jumlah armada yang beroperasi selama PPKM Darurat mengingat jumlah penumpang yang turun signifikan.
Baca Juga
Pemilik PO Sumber Alam Anthony Steven Hambali mengatakan selama sepekan penerapan PPKM Darurat Jawa-Bali, penumpangnya turun hingga menjadi 20 persen.
"Untuk saat ini penumpang drop hingga menjadi 20 persen. Langkah kami ya mengurangi armada yang beroperasi," tuturnya.
Dia menjelaskan, sebelum adanya PPKM Darurat, PO Sumber Alam menjalankan 20 armada. Namun sejak diterapkannya pembatasan mobilitas tersebut, armada yang dioperasikan hanya 14-15 saja.
"Saat ini saya jujur saja, orang tidak mau bepergian dan takut. Jadi yang pergi itu karena keterpaksaan. Entah alasan ekonomi atau kesehatan, atau urusan mendesak lainnya," pungkasnya.