Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC Tunda Pertemuan Tingkat Menteri

Ini bukan pertama kalinya dalam sejarah OPEC+ terpaksa menunda acara untuk mengulur waktu. Pada bulan Desember, perpecahan serupa antara Riyadh dan Moskow menyebabkan kelompok itu menunda pembicaraan selama dua hari.
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters
Logo Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) di kantor pusat di Vienna, 10 Jun 2014. /reuters

Bisnis.com, JAKARTA - OPEC dan sekutunya menunda pembicaraan awal antara menteri untuk memberi negara anggota lebih banyak waktu untuk menemukan kompromi sebelum pertemuan kritis berlangsung.

Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia sedang mempertimbangkan apakah akan terus menghidupkan kembali pasokan minyak mentah yang terhenti karena permintaan global mulai bangkit kembali dari pandemi.

Menurut informasi dari dua delegasi yang mengetahui masalah ini, Moskow sedang mempertimbangkan proposal untuk menaikkan produksi, tetapi Riyadh telah mengisyaratkan pihaknya lebih memilih pendekatan bertahap.

Ini bukan pertama kalinya kedua pemimpin menghadiri pertemuan dengan sikap yang berbeda dan mereka cenderung berkompromi. Salah satu delegasi memperkirakan hal yang sama akan terjadi kali ini.

Dengan harga minyak internasional melonjak ke level tertinggi dua tahun di atas US$75 per barel, para analis secara luas memperkirakan kelompok itu akan memanfaatkan sebagian dari kapasitas besar yang ditutupnya tahun lalu. Harapan rata-rata adalah untuk peningkatan 550.000 barel per hari - kira-kira 10 persen dari volume yang tak terpakai.

Dikutip dari Bloomberg, aliansi 23 negara itu dijadwalkan untuk mengadakan rapat dengan badan penasehatnya, Komite Pemantau Gabungan Menteri, pada hari Rabu ini (30/6/2021). Sesi itu sekarang akan berlangsung pada hari Kamis (31/6/2021), hari yang sama dengan pertemuan pembahasan soal kebijakan utama.

Delegasi mengatakan penundaan itu untuk memberikan lebih banyak waktu untuk pembicaraan. Menurut sebuah surat resmi, Alexander Novak dari Rusia meminta penundaan karena komitmen presidennya.

Rusia, yang menghadapi lebih sedikit tekanan anggaran untuk mempertahankan harga tinggi daripada banyak sekutu Timur Tengahnya, ingin OPEC+ mengizinkan produksi yang lebih tinggi, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut. Posisi Riyadh saat ini tidak selaras dengan Moskow, kata para delegasi.

Dalam beberapa bulan terakhir, Menteri Energi Saudi Arabia Pangeran Abdulaziz bin Salman secara konsisten mendesak OPEC dan sekutunya untuk mengadopsi pendekatan hati-hati dalam melanjutkan produksi. Dia baru-baru ini berpendapat bahwa pendekatan ini akan terbayarkan.

Ini bukan pertama kalinya dalam sejarah OPEC+ terpaksa menunda acara untuk mengulur waktu. Pada bulan Desember, perpecahan serupa antara Riyadh dan Moskow menyebabkan kelompok itu menunda pembicaraan selama dua hari. Akhirnya, OPEC melakukan kompromi dan menyetujui peningkatan produksi yang lebih kecil.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper