Bisnis.com, JAKARTA - Rumah sakit menyiapkan sejumlah langkah guna mengantisipasi lonjakan jumlah pasien Covid-19 di Tanah Air. Arus kas menjadi masalah utama bagi rumah sakit saat ini.
Sekretaris Jenderal Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia G. Partakusuma mengatakan sejumlah langkah antisipatif itu sangat vital seiring dengan lonjakan jumlah pasien Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.
"Strategi-strategi tersebut memiliki fungsi vital. Ini merupakan gelombang kedua pandemi Covid-19 di Indonesia," ujarnya Lia dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan Minggu (20/6/2021).
Sejumlah persiapan tersebut, antara lain mengondisikan fisik rumah sakit menjadi area yang lebih aman untuk pasien dengan membuat pembatas di setiap konter untuk mengurangi kontak droplet dari pasien ke tenaga kesehatan.
Kemudian, memisahkan alur pasien infeksius dan bukan infeksius sejak dari IGD; membuat batasan-batasan untuk menjaga jarak dalam setiap kegiatan baik di kursi, lift, maupun antrian; serta menetapkan SOP pengendalian infeksi sesuai zona tempat kerja.
Selanjutnya, sebanyak 1.976 rumah sakit anggota Persi juga memperbaiki sistem layanan, seperti pendaftaran daring dan sistem digital lainnya; serta mengupayakan agar tetap memiliki sumber dana untuk keperluan operasional.
Baca Juga
Dalam pemaparannya mengenai ketersediaan tempat tidur isolasi dan perawatan intensif di rumah sakit, terdapat empat provinsi yang mengalami pelonjakan pasien Covid-19, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Di DKI Jakarta, 84 persen dari total 17.536 tempat tidur isolasi dan perawatan intensif yang tersedia, atau sebanyak 14.740 sudah terisi. Sementara di Jawa Barat, dari 14.450 tempat tidur isolasi dan perawatan intensif sudah terisi sebanyak 11.824 unit atau 81 persen.
Sementara di Jawa Tengah, dari 11.162 tempat tidur isolasi dan perawatan intensif sudah terisi sekitar 79 persen atau sebanyak 8.832. Di Jawa Timur, dari 11.258 tempat tidur isolasi dan perawatan intensif, terisi sebanyak 6.449 atau 57 persen.
Perlu diketahui, sejak 21 Mei 2021 tren jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit selalu menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah pasien Covid-19 yang di rawat di rumah sakit melonjak dari 23.221 orang menjadi 55.099 orang pada periode 21 Mei 2021 hingga 19 Juni 2021.
Adapun, setelah dilakukan penambahan oleh Kementerian Kesehatan dalam sepekan terakhir total kapasitas isolasi yang tersedia di seluruh rumah sakit Tanah Air sebanyak 81.174 unit. Sementara itu, untuk kapasitas intensif yang tersedia sebanyak 8.485 unit.
"Sebetulnya, rumah sakit sudah menyediakan kapasitas untuk yang pasien yang terpapar Covid-19. Namun, kami memiliki keterbatasan. Yaitu, di rumah-rumah sakit yang fasilitas kesehatannya sedikit dan kasusnya banyak. Kami sudah mulai kewalahan menerima pasien di lokasi tersebut," ujar Lia.
Di fasilitas-fasilitas kesehatan tersebut, kata Lia, rumah sakit memerlukan pasokan obat-obatan, oksigen, alat pelindung diri (APD), fasilitas pengolahan limbat medis, serta sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Dia berharap melalui kerja sama antarpemangku kepentingan masalah tersebut dapat teratasi.
Saat ini, pemerintah telah mengirimkan tenaga kesehatan ke fasyankes di Jawa Tengah dan Jawa Timur guna mendukung rumah sakit dengan fasilitas terbatas.
Pemerintah juga memerintahkan rumah sakit untuk mengonversi ruang perawatan pasien bukan Covid-19. Kendati dinilai agak merugikan pasien bukan Covid-19, tetapi hal tersebut tetap perlu dilakukan mengingat kondisi darurat di mana rumah sakit memang sudah mendekati penuh, terutama di Pulau Jawa.
MASALAH UTAMA
Lia mengatakan rumah sakit saat ini juga memerlukan masukan dana untuk mendukung kegiatan operasional. Dia berharap pemerintah segera memberikan dukungan setidaknya dalam bentuk obat-obatan, APD, dan beberapa prasarana lainnya kepada rumah sakit untuk mengganti kebutuhan dalam bentuk uang tunai.
Tahun lalu, dari Rp5 triliun nilai klaim yang diajukan rumah sakit kepada pemerintah, sebagian besar masih tertunda dan ada yang masih dalam proses verifikasi. Tahun ini, rumah sakit dikatakan telah menerima klaim senilai Rp9 triliun dari pemerintah.
Dalam kondisi yang tidak normal seperti saat ini, jelasnya, rumah sakit agak sulit dalam membuat perencanaan. Obat-obatan yang direncanakan untuk masa 2 bulan, jelasnya, persediaan ternyata telah habis dalam waktu yang lebih cepat.
"Kami yakin Kemenkes, BPJS, dan Kemenkeu tahu bahwa RS bekerja dalam situasi pandemi. Kami akan all out, tetapi mohon dukungan untuk bisa diberikan minimal dalam bentuk obat dan APD yang bisa mengganti kebutuhan dalam bentuk uang tunai. Beberapa pekan ini kami juga melakukan pendekatan ke sejumlah pihak agar pencairannya bisa cepat," kata Lia.
Arus kas menjadi masalah utama bagi rumah sakit saat ini. Di sejumlah wilayah, masih ada bantuan dari pemerintah daerah berupa obat-obatan terkait dengan kondisi tersebut. Namun, masalah yang lebih rumit dikatakan dialami oleh rumah sakit swasta yang diperkirakan tahun ini akan lebih banyak mengharapkan pencairan klaim.
Kendati demikian, sejumlah donasi untuk rumah sakit pemerintah berasal dari rumah sakit swasta besar. "Untuk itu, Persi untuk mengajak rumah-rumah sakit untuk memperbaiki syarat administratif untuk pengajuan klaim dan meminta pemerintah memperhatikan kami di rumah sakit. Jangan sampai tidak win-win," tegas Lia.