Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Petrokimia Rasakan Dampak Positif Harga Gas US$6/MMBtu

Harga gas yang kompetitif tersebut mendukung kinerja industri yang kini utilisasinya sudah di atas 90 persen.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA — Industri petrokimia akan melakukan pembaruan data perusahaan penerima gas US$6 per MMBtu per bulan guna mendukung implementasi yang lebih terkelola dengan baik.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan bahwa saat ini industri petrokimia sudah menerima pasokan sesuai dengan harga dan volume kontrak. Namun, Jawa Timur memang sekarang sedang mendapat harga US$9 per MMBtu karena kabarnya kekurangan pasokan.

"Selebihnya, penyaluran gas sudah baik kami malah meminta lagi. Kementerian Perindustrian juga sudah meminta data update per bulan supaya tidak simpang-siur lagi seperti kemarin," katanya kepada Bisnis, Selasa (13/4/2021).

Di sisi lain, Fajar mengemukakan bahwa harga gas yang kompetitif tersebut mendukung kinerja industri yang kini utilisasinya sudah di atas 90 persen.

Menurutnya, kondisi industri saat ini pun terbilang sehat untuk mendorong pemulihan ekonomi.

Sementara itu, dampak lain tentunya rencana investasi baru yang terus dilakukan sejumlah perusahaan petrokimia saat ini bisa berjalan sesuai dengan rencana.

"Kalau ini dampaknya mungkin sekitar 2024 mendatang karena investasi membutuhkan waktu," ujarnya.

Sebelumnya, PT Pupuk Kalimantan Timur juga menyebut bahwa penurunan harga gas tertentu untuk industri yang sudah berlaku sejak Juni 2020 lalu berhasil menekan ongkos produksi produsen.

Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan komponen gas dalam produksi pupuk itu masih sangat tinggi atau sekitar 74—78 persen. Apalagi untuk pabrik-pabrik yang semakin tua akan membutuhkan gas semakin besar.

Rahmad menghitung dengan harga gas US$6 per MMBtu saat ini setidaknya bisa menurunkan hingga 16 persen biaya produksi.

"Kami sendiri sudah memperoleh penurunan harga gas dari waktu ke waktu. Harga gas yang kompetitif ini sangat dibutuhkan industri agar mampu bersaing dengan pupuk asing," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper