Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat mobilitas masyarakat ke restoran pada awal 2021 masih belum menunjukkan adanya peningkatan.
Berdasarkan hasil riset Mandiri Institute, angka kunjungan ke restoran cenderung stagnan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Namun, jika dibandingkan dengan periode Oktober 2020, di mana diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II, maka angka kunjungan pada awal 2021 tercatat relatif lebih tinggi.
“Kunjungan ke restoran di Februari 2021 mencapai 64 persen dari periode normal, lebih rendah dibanding akhir 2020 74 persen. Tingkat kunjungan ke restoran di akhir 2020 ini relatif melandai sejak November 2020,” tulis riset tersebut, Senin (29/3/2021).
Penurunan angka kunjungan ke restoran pada Februari 2021 diperkirakan disebabkan oleh anjloknya rerata kunjungan di Surabaya dan Jakarta.
Tingkat kunjungan ke restoran dinilai sangat sensitif terhadap informasi mengenai penyebaran Covid-19 dan kebijakan PSBB. Hal ini tercermin dari angka kunjungan yang melonjak drastis setelah PSBB jilid II berakhir.
Baca Juga
Di sisi lain, riset Mandiri Institute mencatat angka kunjungan ke pusat belanja pada awal tahun mengalami peningkatan, meski angka pada Februari 2021 yang sebesar 62 persen dari normal lebih rendah dari periode Januari 2021 sebesar 79 persen.
Berdasarkan data tersebut, Mandiri Institute melihat bahwa aktivitas dine-in di restoran masih dipandang sebagai aktivitas yang berisiko karena melibatkan kontak fisik di tempat umum.
Oleh karena itu, disiplin penerapan dan pengawasan protokol kesehatan secara ketat di restoran masih sangat diperlukan.
Selain itu, pusat perbelanjaan dan restoran juga diharapkan dapat memperpanjang waktu operasional namun tetap membatasi jumlah pengunjung.
Langkah ini dinilai dapat memberikan kesempatan pada pelaku usaha untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Di sisi lain, konsumen dan pengelola juga harus tetap menaati protokol kesehatan, terutama untuk menghindari terjadinya kerumunan.