Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-Gara Ini, Sektor Perhotelan dan Restoran di Ujung Tanduk!

PHRI menyebut sektor perhotelan dan restoran berisiko mengalami kolaps seiring dengan berakhirnya relaksasi utang perbankan dan musim low season tahunan.
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor perhotelan dan restoran makin di ujung tanduk. Sektor tersebut terancam kolaps seiring dengan berakhirnya seluruh relaksasi utang perbankan pada Maret 2021 yang disusul dengan periode low season tahunan yang rutin datang pada masa Ramadan.

Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, potensi kolaps pelaku industri hotel dan restoran cukup besar jika melihat beberapa indikator negatif tersebut di atas.

"Pasalnya, setelah hampir setahun penuh menderita akibat pandemi Covid-19, pelaku usaha hotel dan restoran masih berkewajiban membayar utang kepada perbankan di tengah kondisi kahar yang menimpa. Tidak hanya itu, periode ramadan yang tahun ini jatuh pada April menjadi pukulan pelengkap," ujar Maulana kepada Bisnis.com, Rabu (24/2/2021).

Perlu diketahui, ramadan merupakan low season bagi sektor perhotelan dan restoran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka hunian hotel pada periode peak season tahun lalu berada di level 19–40 persen. Dengan kata lain, menyentuh level terendah dalam sejarah.

Maulana menjelaskan, periode peak season di sektor pariwisata terjadi 2 kali dalam satu tahun, yakni pada masa libur sekolah serta liburan akhir dan awal tahun. Dalam kondisi normal selama 10 tahun terakhir, level tertinggi hunian hotel di Indonesia bisa mencapai 58 persen pada bulan-bulan peak season.

Adapun, terdapat sejumlah faktor yang dapat memperburuk situasi industri hotel dan restoran tahun ini. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diprediksi memperburuk kondisi perhotelan dan restoran.

Kemudian, lanjut Maulana, adanya kewajiban testing dengan masa 2x 24 jam yang menambah biaya bertransportasi menggunakan maskapai penerbangan akan membuat orang menghindari transportasi udara.

"Kalau transportasi udaranya kolaps, otomatis hotel dan restoran di luar Pulau Jawa akan bermasalah. Pertumbuhan hotel dan restoran selama pandemi hanya terjadi di Pulau Jawa. Di luar itu tumbuhnya kecil, apalagi Bali. Jika tidak segera ditanggulangi, akan terjadi mirorring kondisi tahun lalu," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper