Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bandara Soekarno-Hatta Segera Terapkan Manajemen Energi Global

Rencana implementasi sistem manajemen energi berstandar internasional di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, tengah dirumuskan dengan melibatkan MTRE3 UNDP.
Seorang warga negara asing (WNA) berjalan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/1/2021)./Antara
Seorang warga negara asing (WNA) berjalan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/1/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM bersama PT Angkasa Pura II tengah merumuskan implementasi sistem manajemen energi berstandar internasional di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten.

Penyusunan ini melibatkan Market Transformation Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3) - United Nations Development Programme (UNDP) dan menjadi bandara pertama di Asia Tenggara yang berbasis ramah lingkungan.

"Ini hasil kolaborasi dengan UNDP sebagai upaya nyata menciptakan energi bersih melalui program konversi energi," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi melalui siaran pers, Jumat (12/1/2021).

Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, sambung Agung, akan ditargetkan mendapatkan sertifikat global ISO 50001 apabila sudah menetapkan kebijakan energi, tujuan, target energi, rencana aksi dan proses yang fokus pada efisiensi energi melalui memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT).

Perumusan sistem manajemen energi ini menjadi bahasan utama dalam kick off meeting bersama PT Angkasa Pura II, selaku induk pengelola Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis (11/2/2021).

Perumusan ini sebagai tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahamam antara Ditjen Kementerian ESDM dan Angkasa Pura II tentang Penerapan Konservasi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan secara Berkelanjutan pada Bandara Udara.

Direktur Konservasi Energi Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan sampai saat ini di Indonesia baru 113 perusahaan yang mendapat sertifikat global ISO 50001 yang terdiri atas dua sertifikat diberikan ke bangunan/gedung, 64 sertifikat ke perusahaan industri, dan 47 sertifikat ke perusahaan energi.

"Ini bertujuan mencapai penghematan energi dan penurunan gas rumah kaca. Kegiatan ini [sertfikasi ISO 50001] juga dapat berdampak pada kinerja AP II, seperti efisiensi biaya," kata Puspa.

Puspa menuturkan konservasi energi menjadi salah satu prioritas utama bagi banyak perusahaan energi dan perusahaan milik negara di Indonesia seiring dengan upaya pemerintah untuk mendorong perusahaan mengadopsi produktivitas lebih baik dengan emisi dan limbah lebih sedikit.

Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan bahwa penerapan sistem manajemen energi bersertifikat global merupakan pakem baru dalam pengembangan eco-friendly airport dan menekan biaya operasional.

"Kami perlu tata cara, strategi, dan SOP baru. Jangan mengelola hal baru dengan cara lama. Dibutuhkan cara baru untuk mempercepat penerapan eco-friendly airport di bandara AP II karena penggunaan EBT secara masif sudah di depan mata. Apalagi situasi sulit di tengah pandemi ini memberi kami pembelajaran, ditemukan resep baru pengelolaan bandara yang dapat menekan biaya operasional," ujar Awaluddin.

Dia melanjutkan konservasi energi menjadi prioritas bagi AP II, sebagai upaya antisipasi perusahaan terhadap isu perubahan iklim global. Salah satu langkah yang sudah diambil adalah pemasangan PLTS di gedung Airport Operation Control Center [AOCC] dan layanan taksi listrik yang dioperasikan Grab dan Blue Bird. "Bandara Soekarno-Hatta ini akan menjadi point of interest untuk penggunaan energi baru dan terbarukan," kata Awaluddin.

Sistem manajemen energi untuk Terminal 3 ini nantinya juga dapat digunakan di bandara-bandara lainnya. "Jika sudah memiliki suatu pakem atau standar, maka kami bisa menyesuaikan skalanya untuk diterapkan di bandara lain." paparnya.

Sementara itu, Manajer Proyek Nasional MTRE3 - UNDP Boyke Lakaseru mengatakan pihaknya akan memberikan pendampingan dan dukungan teknis agar Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dapat memperoleh sertifikat ISO 50001.

Boyke menuturkan ada tiga hal yang akan dilakukan dalam merumuskan Sistem Manajemen Energi untuk meraih sertifikat ISO 50001.

Pertama, menentukan kerangka kerja detil dan kerangka waktu (workplan & timeline). Kedua, pemetaan profil perusahaan terkait dengan energi, serta ketiga, laporan pemetaan Final Energy Management System dan Sertifikasi ISO 50001 oleh TUV SUD pada tahun pertama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper