Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Pemakai Jasa Indonesia (Depalindo) akan berkoordinasi dengan asosiasi logistik dan Forwarder di Eropa dalam membahas persoalan penaikan tarif pelayaran hingga kelangkaan kontainer yang dihadapi pelaku di tengah krisis ekonomi dan pandemi.
Ketua Umum Depalindo Toto Dirgantoro mengatakan permasalahan yang dihadapi dengan pelayaran internasional dirasakan dan dialami oleh semua negara. Selain itu Depalindo juga telah menyurati Kementerian Perhubungan gara membantu dan memfasilitasi tetapi belum mendapatkan respon.
“Jadi kami Asia dan Eropa akan melakukan pertemuan dan pembahasan pada Februari 2021 lewat Zoom. Kami akan minta tolong dan dukung ESC [European Shipper's Council] berjuang di badan internasional terkait monopoli kartel,” ujarnya, Senin (1/2/2021).
Adapun para shippers dan perusahaan ekspedisi Eropa telah menginformasikan Otoritas Persaingan Eropa atas praktek operator kapal akibat adanya distorsi rantai pasok di Eropa.
Director General European Association for Forwarding, Transport, Logistics and Customs Services (CLECAT) Nicolette van der Jagt menjelaskan dampak yang telah dilakukan operator kapal internasional kepada pertumbuhan perdagangan saat resesi ekonomi.
“Ini terkait dengan pelanggaran kontrak yang ada, pembentukan kondisi yang tidak masuk akal mengenai penerimaan pemesanan dan menetapkan tarif secara sepihak jauh melebihi yang disepakati dalam kontrak,” ujarnya melalui keterangan resmi yang dikutip, Senin (1/2/2021).
Menurutnya, situasi ini sangat mempengaruhi bisnis kecil Eropa dengan kondisi keuangan yang terbatas. Dia mencontohkan sebuah perusahaan Prancis yang memproduksi sepeda listrik bisa gulung tikar karena tidak menerima suku cadang dari Asia. Selain itu karena penundaan dan kekurangan ruang bersamaan dengan lonjakan tarif, bisnis start-up bisa merugi dan mungkin tidak akan bertahan dalam waktu dekat,
Hal itu karena perusahaan tidak dapat menyelesaikan produknya untuk dijual. Konsekuensi merugikan dari sikap operator dirasakan sama oleh banyak perusahaan besar, termasuk ritel, fashion, otomotif, kosmetik dan bisnis IT.
Dia berpendapat para operator saat ini dapat mengubah tarif kapanpun mereka mau terlepas dari tarif dan biaya tertentu yang disepakati. Operator, lanjutnya, terus menaikkan tarif dengan biaya tambahan, kenaikan tarif umum dan lainnya. Demikian pula, pengirim dan pengangkut sering ditolak jika operator menganggap lebih menguntungkan untuk menerima kargo dengan tarif yang lebih ting.
Tak hanya itu, praktik yang tidak dapat diterima juga termasuk mengenakan biaya tambahan sebagai tarif baru menerima kargo dengan menolak untuk menerima pemesanan sama sekali dari pelanggannya. Kondisi ini pun memaksa pelanggan yang telah berkontrak dikenakan tarif yang lebih ting.
Adapun Indeks Pengiriman Shanghai mencapai rekor tertinggi di level 2641,87 pada hari Natal.
Selain itu, sambungnya, gangguan dalam rantai pasokan karena jumlah pelayaran kosong yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni hingga 30 persen pada beberapa perdagangan. Kondisi tersebut dikombinasikan dengan kurangnya keandalan dengan hanya 50 persen kapal tepat waktu telah menyebabkan kekurangan kontainer kosong saat ini.
Operator mencoba mengirim kembali kontainer ke China secepat mungkin, hanya karena ada kebutuhan dan keuntungan yang sangat menarik. Namun hal ini menyebabkan efek domino karena ada kekurangan untuk Ekspor Eropa. Akibatnya, pengirim sekarang juga dihadapkan dengan segala macam biaya tambahan baru seperti 'biaya tambahan ketidakseimbangan peralatan' yang diberlakukan oleh operator.
Padahal jika operator memutuskan untuk mengirim kontainer kosong kembali ke China untuk alasan komersial, tidak dapat dibenarkan untuk menerapkan 'biaya tambahan ketidakseimbangan peralatan'.