Bisnis.com, JAKARTA — PT Bio Farma (Persero) menyebut masih ada kendala negosiasi dengan produsen vaksin Pfizer INc. terkait dengan pembelian vaksin jenis messenger RNA (mRNA) pertama dengan efikasi di atas 90 persen tersebut.
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan saat ini pihak Pfizer menginginkan syarat perjanjian langsung kepada pemerintah Indonesia untuk sejumlah klausa yang ingin mereka sepakati. Utamanya, produsen vaksin adal Negeri Paman Sam itu ingin dibebaskan dari klaim tuntutan hukum jika ada masalah vaksinasi nantinya.
"Tentu ini yang masih menjadi diskusi karena kami juga tidak mau hanya mendapat cek kosong sehingga akan diupayakan jalur negosiasi," katanya dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (12/1/2020).
Honesti mengemukakan saat ini pemerintah mengajukan permohonan pembelian vaksin besutan Pfizer sebanyak 329 juta dosis untuk memenuhi kebutuhan 426 juta dosis guna mencapai kekebalan kawasan di Indonesia. Adapun draf kesepatan antara Pfizer dan Bio Farma masih ditargetkan rampung dalam bulan ini.
Sebelumnya, Honesti menyebut persyaratan penyimpanan vaksin Pfizer sebenarnya juga menjadi tantangan baru bagi perseroan lantaran suhu penyimpanan vaksin tersebut harus di bawah 70 derajat Celcius.
"Untuk program vaksinasi, model kerja samanya mereka akan meminjamkan storage khusus ke daerah yang butuh vaksinasi. Jadi, khusus vaksin buatan Pfizer, kami harus selektif dan hati-hati memilih daerah yang siap," katanya.
Baca Juga
Dengan kata lain, tidak seluruh daerah akan mengonsumsi vaksin buatan Pfizer. Pada saat yang bersamaan, Honesti menilai keterbatasan sistem distribusi vaksin Bio Farma terhadap vaksin Pfizer menjadi tantangan.
Honesti berpendapat masuknya vaksin buatan Pfizer dalam daftar program imunisasi Covid-19 dapat meningkatkan kompetensi Bio Farma.
Sementara itu, Pfizer menyatakan bahwa data awal dari uji klinis tahap III vaksin buatan Pfizer yang melibatkan 44.000 relawan memiliki efikasi hingga 90 persen. Adapun, uji klinis tersebut dilakukan di Amerika Serikat, Argentina, Brasil, dan Jerman.