Bisnis.com, JAKARTA – Persetujuan otoritas di Amerika Serikat atas exchange-traded fund (ETF) atau reksa dana yang diperdagangkan di bursa dengan Bitcoin sebagai underlying asset dapat membebani harga koin digital dalam jangka pendek
Hal ini diungkapkan oleh JPMorgan Chase & Co. dalam risetnya mengenai ETF Bitcoin karena persaingan dalam kelas aset tersebut dapat memicu arus keluar dari Grayscale Bitcoin Trust, reksa dana cryptocurrency yang diperdagangkan yang terbesar di dunia.
Tim Analis JPMorgan yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou mencatat bahwa ETF akan mengikis monopoli efektif Grayscale Bitcoin Trust (GBTC), sehingga memicu arus keluar dan penurunan premi ke nilai aset bersih, yang pada gilirannya dapat merugikan harga Bitcoin.
"Arus keluar GBTC yang mengalir dan jatuhnya premi kemungkinan akan memiliki implikasi jangka pendek negatif untuk Bitcoin mengingat arus modal dan menandakan pentingnya GBTC," kata mereka pada Jumat (8/1/2021), seperti dikutip Bloomberg.
Beberapa komentator memandang persetujuan ETF Bitcoin di AS lebih mungkin dengan perubahan kepemimpinan di Komisi Sekuritas dan Bursa. VanEck Associates Corp. baru-baru ini mengajukan kepada regulator untuk menawarkannya, setelah mundur dari upaya sebelumnya.
Analis JPMorgan mengatakan pengenalan ETF Bitcoin akan memiliki implikasi positif untuk cryptocurrency dalam jangka panjang.
Bitcoin merosot pada hari Senin meluncur sebanyak 15 persen menjadi sekitar US$32.400. Penurunan tersebut mengguncang kepercayaan pada lonjakan harga cryptocurrency yang tidak stabil.
Ini adalah penurunan dua hari terbesar sejak Mei tahun lalu, setelah mencapai rekor tertinggi nyaris US$42.000 pada 8 Januari 2021.