Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor yang Terhambat Untungkan Industri TPT

Pelaku usaha TPT terus menekankan pentingnya perbaikan regulasi saat ini yang masih pro impor.
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sentimen positif pada kuartal I/2020 akan datang dari momentum Ramadan dan Lebaran. Tetapi sejak akhir tahun lalu, industri tengah diuntungkan oleh kegiatan impor yang terhambat.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Wirawasta mengatakan saat ini pelaku industri belum fokus menyiapkan stok Ramadan dan Lebaran. Akan tetapi, pelaku usaha mengaku mulai merasakan peningkatan permintaan dari dalam negeri.

"Untuk persiapan Ramadan dan Lebaran mungkin mulai akhir bulan ini tetapi ini order naik meski bukan untuk momentum tersebut," katanya kepada Bisnis, Kamis (7/1/2021).

Redma mengemukakan level utilisasi industri hulu bisa di atas 85 persen bahkan untuk rayon di atas 90 persen. Begitu pula di hilir, dia yakin juga pasti bisa di atas 85 persen jika Ramadan dan Lebaran sesuai ekspektasi.

Meski demikian, Redma tetap kembali menekankan pentingnya perbaikan regulasi yang masih pro impor. Pihaknya pun menantikan pertemuan dengan Menteri Perdagangan yang baru guna memberikan sejumlah masukan dalam upaya menyelesaikan amanah Presiden Joko Widodo untuk melakukan pengurangan impor.

"Dari Menteri Perindustrian Pak Agus sudah clear dan pejabat eselon I dan II-nya juga sudah kooperatif dalam menolak izin importir yang memiliki banyak nama perusahaan tetapi ketika dicek tidak memiliki mesin," ujar Redma.

Untuk itu, perlu ditambah dengan perbaikan regulasi oleh Menteri Perdagangan agar kinerja investasi TPT sepenuhnya kembali membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper