Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jam Buka Mal Dibatasi, Penjualan Ritel Libur Akhir Tahun Tidak Optimal

Dibatasinya jam operasional pusat perbelanjaan selama libur Natal dan Tahun Baru 2021 diakui para peritel berimbas pada tidak optimalnya penjualan. Target yang dipatok pun dipastikan tidak tercapai akibat kondisi ini.
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12). Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyampaikan bahwa sesuai prediksi, pada akhir tahun ini tidak ada kenaikan signifikan pengunjung mal. Penyebabnya karena adanya pembatasan aturan dari pemerintah dan daya beli masyarakat yang melemah. /Bisnis-Himawan L Nugraha
Suasana sepi terlihat di salah satu pusat perbelanjaan atau mal saat libur Natal dan Tahun Baru di Depok, Jawa Barat, Minggu (27/12). Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyampaikan bahwa sesuai prediksi, pada akhir tahun ini tidak ada kenaikan signifikan pengunjung mal. Penyebabnya karena adanya pembatasan aturan dari pemerintah dan daya beli masyarakat yang melemah. /Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Dibatasinya jam operasional pusat perbelanjaan selama libur Natal dan Tahun Baru 2021 diakui para peritel berimbas pada tidak optimalnya penjualan. Target yang dipatok pun dipastikan tidak tercapai akibat kondisi ini.

Ketua Umum DPP Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah tak memungkiri jika terdapat kenaikan penjualan selama momen liburan akhir tahun. Namun, kenaikan yang dirasakan dia sebut belum optimal.

“Pusat perbelanjaan sejak pukul lima sudah mulai sepi. Kami perkirakan kenaikan sekitar 30 persen dibandingkan biasanya dan ini belum optimal,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (1/1/2021).

Budihardjo mengatakan kunjungan ke pusat perbelanjaan sejatinya telah membaik. Hal ini tecermin dari tingkat okupansi yang mencapai 50 persen seperti ketentuan. Dia mengatakan pembatasan jam operasional membuat potensi tersebut tidak bisa dimanfaatkan maksimal.

“Semua lini ritel naik, mulai dari fesyen sampai restoran. Apalagi restoran yang ketika jam operasional kapasitas 50 persen selalu terisi,” kata Budihardjo.

Melihat kondisi yang masih berat bagi ritel dalam setahun terakhir, dia pun mengatakan kondisi sektor ini pada 2021 masih diselimuti ketidakpastian. Para peritel pun berharap pemerintah dapat mempertimbangkan penyaluran stimulus.

“Setahun terakhir kami kesulitan cash flow. Untuk menghadapi bisnis pada 2021 kami harap pemerintah dapat memberi dukungan pinjaman dengan bunga lunak dan subsidi gaji bagi pekerja kami,” katanya.

Budihardjo mengatakan dukungan stimulus ini penting untuk mendukung proses pemulihan ritel. Adapun nilai stimulus yang diajukan mencapai Rp6 triliun yang disebut Budihardjo diperuntukkan bagi subsidi 50 persen sekitar 300.000 pekerja di sektor ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper