Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menyatakan siap untuk membuka diri kepada seluruh stakeholder agar bisa kembali memperbaiki iklim investasi industri hulu minyak dan gas bumi yang merosot.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan pada tahun ini terdapat dua hal yang memberatkan kondisi hulu migas. Sebelum pandemi Covid-19, harga minyak sudah berada pada level yang rendah karena kelebihan pasokan.
Sementara itu, dengan adanya pandemi Covid-19, kondisi industri hulu migas semakin parah karena melemahnya permintaan. Turunnya permintaan menjadi hal terberat karena untuk memulihkan hal tersebut perlu waktu yang cukup lama.
Dengan kondisi tersebut, Tutuka mengatakan pemerintah mengantisipasi kondisi itu dengan merubah pola bisnis yang di luar kebiasaan. Selain itu, pemerintah bakal lebih memberikan dukungan fasilitas perpajakan untuk tumbuhnya iklim investasi.
Di samping itu, pemerintah telah merelaksasi investor untuk bisa memiliki skema kontrak migas antara cost recovery dan gross split. Percepatan proses perizinan proyek juga menjadi salah satu strategi pemerintah.
"Kita optimis memang diharapkan meningkatkan investasi sekarang 60 persen tahun depan diharapkan memabaik," ujarnya dalam acara acara Energy Corner, CNBC TV Indonesia, Senin (21/12/2020).
Tutuka menambahkan pemerintah memiliki keinginan untuk bekerjasama guna membuat iklim investasi yang lebih baik. Menurutnya, pemerintah telah siap untuk memberikan faslitas perpajakan, perbaikin proses perizinan, dan berbagai macam insentif untuk memenuhi kebutuhan investor.
Dia mengatakan bahwa pemerintah membuka diri kepada stakeholder terkait untuk bisa berdiskusi agar membuat Indonesia menjadi tempat yang nyaman untuk investor migas.
"Saya terbuka dalam hal ini dan berkanan siaplah diajak diskusi bersamam," ungkapnya.
Sementara itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi mencatat sejumlah capaian hulu minyak dan gas bumi sepanjang tahun ini belum mencapai target.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno memaparkan bahwa per 30 November 2020 realisasi produksi minyak siap jual atau lifting minyak bumi baru mencapai 99,8 persen dari target atau 703,700 barel per day. Sementara untuk lifting gas mencapai 98,1 persen atau 5,455 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
"Untuk gasnya blm bisa 100 persen kareana ada faktor penyerapan karena demand berkurang," katanya baru-baru ini.
SKK Migas mencatat, investasi hulu migas per November 2020 baru mencapai US$8,56 miliar atau 62,3 persen dari target sebesar US$13,8 miliar. Julius mengatakan bahwa outlook investasi hulu migas tahun ini hanya akan mencapai US$10,8 miliar.
"Investasi terganggu nanti diakhir tahun US$10,8 miliar," jelasnya.
Kendati demikian, Julius menuturkan penerimaan negara dari hulu migas telah melebihi target US$5,86 miliar telah mencapai US$7,86 miliar atau 134 persen dari target. Hingga akhir tahun SKK Migas memproyeksikan bisa mencapai US$8,59 miliar.
Sementara itu, pengendalian cost recovery telah mencapai US$7,26 miliar atau 89,4 persen dari target US$8,12 miliar.
"Cost rec [recovery] kurang lebih belum bisa 100 persen yang ditargetkan. Target kami kurang lebih sama," jelasnya.
Investasi Migas Merosot Tahun ini, Pemerintah Tawarkan Kemudahan
Pemerintah telah siap untuk memberikan faslitas perpajakan, perbaikin proses perizinan, dan berbagai macam insentif untuk memenuhi kebutuhan investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Amanda Kusumawardhani
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
13 jam yang lalu