Bisnis.com, JAKARTA – Ninja Xpress bersama Markplus Inc. mengeluarkan survei mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja Usaha Kecil Menengah (UKM). Hasilnya, 64 persen UKM terpantau mengalami penurunan pendapatan.
Country Head Ninja Xpress Ignatius Eric Saputra menuturkan pandemi Covid-19 sangat memukul sektor UKM. Menurut laporan Suara UKM Negeri 2020, sebanyak 64 persen UKM terkena dampak negatif Covid-19.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), UKM memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap pembentukan atau pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yaitu sekitar 61,1 persen. Terhambatnya bisnis UKM tentu saja berimbas kepada turunnya perekonomian nasional.
“Laporan ini kami harapkan dapat menjadi acuan tidak hanya bagi Ninja Xpress, tetapi mitra UKM lainnya agar melakukan penyesuaian dengan kebutuhan serta permintaan yang ada di lapangan,“ tuturnya, Jumat (18/12/2020).
Responden didominasi oleh usaha mikro dengan volume pengiriman yang relatif rendah yakni di bawah 250 pengiriman per bulan (79 persen), sedangan 97 persen memiliki channel online.
Pemilik usaha mikro sebagian besar adalah generasi milenial yang berdomisili di Jabodetabek dan Bandung, dengan rata-rata pendapatan kurang dari Rp300 juta, tepatnya sebanyak 93 persen.
Baca Juga
Head of Automotive Transportation and Logistics Industry dari Markplus Inc. Nadya Prasetyo menjelaskan laporan ini mencakup berbagai macam tantangan yang dihadapi UKM lokal di tengah pandemi dan masa kenormalan baru. Khususnya, dalam isu finansial, promosi, distribusi, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang penting untuk disimak oleh akselerator UKM.
Jika dipilah berdasarkan sektor bisnis, responden kebanyakan memiliki usaha di bidang fesyen, tekstil, dan aksesoris (58 persen); kuliner (15,3 persen); perawatan kulit dan kosmetik (8 persen); serta kesehatan (6,5 persen).
Hasil survei menunjukkan 57 persen UKM mengalami masalah bisnis paling utama dalam penurunan persentase daya beli konsumen. Penurunan ini menyiratkan menyusutnya daya beli pelanggan yang secara tidak langsung membuat pendapatan bisnis menurun, dan masalah ini terjadi hampir di semua lini industri.
"Membahas masalah keuangan, dari seluruh responden, 60 persen mengalami penurunan pendapatan, dan 50 persen memiliki kendala keterbatasan modal untuk menjalankan usahanya," ujar Nadya.
Sementara itu, dalam isu logistik, sejak pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebanyak 45 persen UKM mengeluhkan waktu pengiriman menjadi lebih lama dan 21 persen merasakan tantangan biaya pengiriman yang jadi makin mahal.
Fakta menarik lainnya terkait pengembangan SDM, di mana 40 persen UKM belum menyadari pentingnya pengembangan SDM bagi bisnis mereka di tengah krisis pandemi yang terjadi.
Staff Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenkop UKM Luhur Pradjarto menuturkan kontribusi UMKM sangat besar bagi perekonomian negara, yang antara lain ditunjukkan dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen dari total 120,5 juta tenaga kerja.
"Sektor usaha mikro merupakan sektor usaha paling lincah di industri, dapat beradaptasi dengan cepat dengan permintaan pasar. Kondisi ini membuat pengusaha-pengusaha membutuhkan bimbingan dari para pelaku usaha di industri digital dari berbagai sektor untuk membantu mereka, mentransfer ilmu yang aplikatif, agar bersama-sama mampu mendongkrak kembali perekonomian nasional secara menyeluruh,” ungkapnya.