Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Australia Kembali Berdetak Setelah 3 Bulan Deflasi

Berdasarkan data dari Biro Statistik Australia, Rabu (28/10/2020), indeks harga konsumen (IHK) melonjak 1,6 persen (quarter to quarter/qtq), meningkat setelah tiga bulan sebelumnya mengalami deflasi.
Kegiatan konstruksi gedung di Australia/ Bloomberg
Kegiatan konstruksi gedung di Australia/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga konsumen Australia naik sedikit lebih cepat dari perkiraan pada kuartal III/2020, setelah adanya rebound dalam harga jasa penitipan anak dan bahan bakar.

Kendati demikian, laju inflasi ini tetapi tetap jauh dari sasaran bank sentral. Indeks harga konsumen tahunan naik 0,7 persen dari kuartal kedua, dibandingkan dengan perkiraan ekonom sebesar 0,6 persen.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Australia, Rabu (28/10/2020), indeks harga konsumen (IHK) melonjak 1,6 persen (quarter to quarter/qtq), meningkat setelah tiga bulan sebelumnya mengalami deflasi.

"Ada kemungkinan akan terjadi volatilitas lebih lanjut dalam harga, karena dampak penuh dari pandemi dan pembukaan kembali ekonomi mempengaruhi," kata Sarah Hunter, Kepala Ekonom BIS Oxford Economics, dikutip dari Bloomberg.

Namun, Hunter melihat tren inflasi ke depan akan sangat lemah.

Jasa pengasuhan anak mencetak peningkatan yang paling signifikan dan berkontribusi 0,9 persentase poin pada pergerakan IHK utama. Hal ini terhadi setelah berakhirnya masa insentif penitipan anak gratis pada 13 Juli 2020. Bahan bakar kendaraan juga naik 9,4 persen didorong oleh pemulihan konsumsi minyak global.

Perekonomian Australia terpecah selama periode Juni-September karena negara bagian melonggarkan pembatasan dengan waktu yang bervariasi. Sementara itu, negara bagian Victoria kembali ke menerapkan pembatasan ketat ketika wabah baru menyebar ke seluruh negara bagian. Reserve Bank of Australia (RBA) diperkirakan akan menyuntikkan stimulus moneter lebih lanjut ke dalam ekonomi minggu depan setelah Victoria akhirnya dibuka kembali.

Bank sentral telah menyesuaikan kerangka inflasi untuk memungkinkan mesin perekonomian berjalan sedikit lebih 'panas'. Gubernur Philip Lowe, dalam pidatonya awal bulan ini, mengatakan bank sentral tidak akan memperketat kebijakan sampai inflasi muncul secara berkelanjutan dan berada di dalam targetnya.

Sementara itu, inflasi inti naik 0,4 persen dari kuartal kedua dan mencetak peningkatan tahunan sebesar 1,2 persen (year on year/yoy), dibandingkan dengan perkiraan kenaikan masing-masing 0,3 persen dan 1,1 persen.

RBA menargetkan inflasi sebesar 2 persen -3 persen pada tahun ini dan telah berjuang untuk mencapai level yang lebih rendah dari kisaran tersebut selama hampir setengah dekade terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper