Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Coca-Cola Amatil Optimistis Tumbuh, Meski Melambat

PT Coca-cola Amatil Indonesia optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan volume produksi yang positif hingga akhir 2020.
Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan produsen dan distributor minuman non-alkohol siap minum terkemuka yang telah beroperasi di Indonesia sejak 1992. CCAI memproduksi dan mendistribusikan produk di bawah lisensi The Coca-Cola Company. /Coca Cola Amatil.
Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan produsen dan distributor minuman non-alkohol siap minum terkemuka yang telah beroperasi di Indonesia sejak 1992. CCAI memproduksi dan mendistribusikan produk di bawah lisensi The Coca-Cola Company. /Coca Cola Amatil.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Coca-cola Amatil Indonesia optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan volume produksi yang positif hingga akhir 2020.

Presiden Direktur Coca-cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz mengakui pertumbuhan produksi pihaknya pada tahun ini akan melambat. Namun, pabrikan akan tetap tumbuh positif pada tahun ini.

"Kami selalu berusaha tumbuh sama dengan industri. Ada banyak kesempatan untuk setiap pelaku industri untuk memperbesar kuenya," katanya kepada Bisnis, Rabu (30/9/2020).

Seperti diketahui, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meramalkan pertumbuhan industri makanan dan minuman akan tumbuh di kisaran 3-4 persen. Sementara itu, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memprediksi industri mamin akan tetap tumbuh positif, namun tidak akan mencapai level 4 persen.

Di samping itu, Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) mendata serapan minuman ringan pada Januari-Juli 2020 anjlok 10 persen secara tahunan. Angka tersebut merupakan realisasi serapan terendah setidaknya sejak 2016.

Asrim merevisi target produksi pada akhir 2020 ke zona merah, namun berharap tidak menyentuh level -10 persen. Sebelumnya, Asrim menargetkan volume produksi industri minuman ringan dapat tumbuh di kisaran 3-4 persen pada akhir 2020.

Gunduz menilai penurunan produksi secara industri disebabkan oleh rendahnya mobilitas konsumen akibat pembatasan sosial berskala besar. Selain itu, peningkatan konsumsi produk rumahan tidak bisa menutupi kerugian dari penurunan penjualan seluruh produk minuman ringan.

"Tapi ini fenomena yang seentara, kami di sini untuk jangka panjang. Volatilitas jangka pendek tidak akan mengubah rencana kami di Indonesia. Kami percaya dengan potensi besar di Indoneisa, kami percaya masa depan negara ini masih cerah," ujarnya.

Terpisah, Ketua Umum Asrim Triyono Prijosoesilo sbelumnya menyampaikan beberapa pabrikan menyiasati rendahnya konsumsi industri Horeka dengan menambah ukuran kemasan menjadi 1-1,5 liter. Tri menjelaskan hal tersebut dilakukan agar produk minuman siap saji juga dapat dikonsumsi oleh rumah tangga.

" Jadi, mengarah ke sana [strategi yang dilakukan industri minuman ringan], karena untuk konsumsi rumah tangga biasanya kemasan yang digunakan lebih besar," ucapnya.

Selain menambah jenis kemasan, strategi yang dilakukan adalah penyertaan minuman ringan bersama makanan yang dipesan secara daring melalui promo. "[Strategi] ini takes time. Belum tentu 1-2 bulan untuk menanggulangi [penurunan konsumsi] di industri Horeka."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper