Bisnis.com, LONDON — Wood Mackenzie menilai keputusan Indonesia untuk menawarkan pilihan antara gross split dan cost recovery untuk izin baru merupakan langkah positif.
Pada 2017, Pemerintah Indonesia mengumumkan ketentuan baru bagi hasil bruto untuk kontrak bagi hasil sebagai upaya untuk mengurangi birokrasi dan meningkatkan efisiensi di industri hulu. Tujuannya adalah meningkatkan investasi dan produksi minyak dan gas bumi.
Di bawah persyaratan baru ini, Pemerintah Indonesia memberi 22 blok dengan komitmen investasi $ 1,2 miliar, yang dikatakan sebagai yang tertinggi dalam satu dekade.
Ekonom senior perminyakan Wood Mackenzie Nikita Golubchenko mengatakan bahwa ketentuan pembagian bruto paling efektif untuk kontrak yang akan segera berakhir.
Harga minyak yang lebih tinggi, efisiensi biaya yang signifikan, dan persetujuan birokrasi yang lebih rendah mendukung persyaratan pembagian bruto untuk perpanjangan izin.
Karena parameter risiko proyek lebih rendah daripada di blok eksplorasi, tuturnya, investor dapat menegosiasikan pemisahan tambahan yang diperlukan untuk mencapai tingkat rintangan.
Baca Juga
“Kami telah melihat waktu tunggu perpanjangan proyek seperti Duyung dan East Sepinggan meningkat sebagai hasilnya,” ujar Nikita seperti dikutip dari www.offshore-mag.com, Kamis (17/9/2020).
Namun, ketentuan pembagian bruto telah terbukti kurang populer pada saat harga minyak yang rendah saat ini karena investor tidak melihat kenaikan yang cukup untuk mengimbangi peningkatan risiko proyek dan pengadaan.
Ketika menyadari perlunya perubahan lebih lanjut, Pemerintah Indonesia memperkenalkan kembali skema cost recovery dengan proposal dengan insentif tambahan.
Analis riset Wood Mackenzie, Lionel Sumner menjelaskan bahwa salah satu manfaat dari cost recovery adalah kemampuan untuk menawarkan imbalan atas risiko yang terkait dengan pembangunan perbatasan. “Ini penting karena dapat mendorong eksplorasi untuk mengurangi penurunan produksi di Indonesia.”
Golubchenko menambahkan bahwa Indonesia menawarkan berbagai peluang berbeda. Memaksimalkan peluang ini membutuhkan pendekatan fiskal yang fleksibel untuk menyesuaikan imbalan investor dengan risiko peluang.