Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Pasar Global, Menteri ESDM Kembali Dorong Hilirisasi Batu Bara

Upaya hilirisasi diharapkan menjadi paradigma baru industri pertambangan batu bara nasional di masa yang akan datang.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong perusahaan batu bara untuk merealisasikan rencana hilirisasi batu bara guna mengantisipasi perubahan permintaan pasar global di masa depan.

Arifin menuturkan, produksi batu bara nasional masih berorientasi ekspor sehingga berisiko terhadap fluktuasi harga dan dampak perubahan pasar global.

"Pengutamaan kepentingan dalam negeri salah satunya melalui optimalisasi pemanfaatan batu bara kualitas rendah dan upaya hilirisasi diharapkan menjadi paradigma baru industri pertambangan batu bara nasional di masa yang akan datang," ujar Arifin dalam Arifin dalam acara The 5th Save Indonesian Coal 2020, Senin (14/9/2020).

Lebih lanjut, Arifin menyebutkan telah terdapat beberapa rencana realisasi nilai tambah batu bara.  Pemerintah menargetkan terdapat penambahan tiga fasilitas coal upgrading di PT ZJG Resources Technology Indonesia pada 2024,2026, dan 2028 dengan kapasitas masing-masing 1,5 juta ton per tahun.

Kemudian terdapat rencana gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada 2024 dan rencana gasifikasi batu bara menjadi methanol oleh PT Kaltim Prima Coal.  Pemerintah juga menargetkan terdapat penambahan pabrik briket oleh PTBA pada 2026 dan 2028 dengan kapasitas 20.000 per tahun.  

Selain itu, juga ditargetkan penambahan dua fasilitas cokes making di PT Megah Energi Khatulistiwa pada 2026 dan 2028 dengan kapasitas kurang lebih 1 juta ton.

Adapun dalam paparan Arifin, permintaan batu bara di pasar global tahun ini diproyeksikan turun 51,4 juta ton dibandingkan tahun lalu atau hanya mencapai 978,5 juta ton.  Sedangkan suplai batu bara global diperkirakan mencapai 996,9 juta ton sehingga diperkirakan akan terjadi kelebihan pasok sekitar 18,34 juta ton.  Penurunan permintaan batu bara di pasar global ini sebagai dampak pandemi Covid-19.

Sementara itu, Dewan Penasehat Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Jeffrey Mulyono berpendapat tidak ada yang bisa dilakukan untuk merespon turunnya permintaan batu bara di pasar global dalam jangka waktu pendek.  Namun untuk mengantisipasi penurunan permintaan dalam jangka waktu panjang, menurutnya, hilirisasi batu bara perlu didorong.  

"Saya kira untuk jangka pendek, kalau disuruh melawan demand yang turun rasanya kita tidak bisa apa-apa.  Tapi untuk jangka panjang bisa dikonversikan jadi downstream industri batu bara.  Kalau industri downstream maju maka mudah bagi kita untuk bermain keseimbangan antara satu dan yang lain," katanya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper