Bisnis.com, JAKARTA – Belum berakhirnya pandemi Covid-19 dan kembali diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total di DKI Jakarta berdampak besar pada sektor properti yakni hotel dan pusat perbelanjaan.
Kepala Riset Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan proyek pembangunan properti seperti mal dan hotel yang tengah dibangun dan akan selesai tetap berjalan dengan kondisi saat ini. Namun, untuk proyek yang dalam tahap perencanaan mengalami penundaan.
"Kalau hotel yang grand launching terbatas kondisinya saat ini. Untuk mal beberapa yang akan selesai belum mendapatkan konfirmasi terbaru. Pada 6 bulan lalu, mereka konfirmasi tetap berjalan. Kami belum dapat konfirmasi terbaru dari pihak pengembang," ujarnya kepada Bisnis pada Jumat (11/9/2020).
Dia menuturkan dengan kondisi saat ini bisa saja terjadi penundaan pembangunan hingga tahun depan. Terlebih, untuk hotel sendiri saat ini okupansi sangat rendah dan hotel yang ada tengah bingung promo apa yang ditawarkan. Hal itu dikarenakan hotel di Jakarta mengandalkan meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE).
Dia tak menampik outlook sektor properti hingga akhir tahun ini sangat berat. Hotel dan pusat perbelanjaan memerlukan akitvitas kerumunan untuk meningkatkan okupansinya.
"Kerumunan memang dibatasi saat ini, jadi sulit. Ada hotel yang beralih menjadi tempat isolasi mandiri, tetapi ini juga sulit karena imagenya nanti tempat penuh virus walaupun sudah steril," tuturnya.
Baca Juga
Oleh karena itu, saat ini banyak pemilik hotel dan pusat perbelanjaan melakukan saving cost dan merumahkan karyawan.
"Sudah dari Maret, income enggak ada atau sedikit, tetapi kewajiban tetap berjalan, ini yang sulit bagi pengusaha," tutur Ferry.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menuturkan tahun ini tak ada penambahan kamar baru atau dengan kata lain tidak ada pembukaan hotel baru.
"Untuk proyek pembangunan hotel baru juga tidak ada di tahun ini. Hotel-hotel yang ada malah banyak tutup karena sepi peminat," ujarnya.
Pandemi Covid-19 cukup menghantan bisnis sektor perhotelan. Hingga akhir tahun ini pihaknya tak bisa memperkirakan besaran okupansi atau tingkat hunian hotel.
"Paling maksimal 20 persen hingga 25 persen dengan kondisi okupansi hotel belom buka semua. Kami berharap ada peningkatan okupansi hingga akhir tahun karena ada libur panjang seperti kemarin selama 2 minggu yang ada libur panjang ada peningkatan okupansi," tuturnya.
Dengan kondisi saat ini, dia berharap pemerintah tidak membebankan terlebih dahulu pajak-pajak kepada pengusaha.
"Pemerintah meringankan beban pengusaha dengan, pajak reklame, PBB, diberikan relaksasi kondisi ini. Sejak Maret kami telah merumahkan karyawan kontrak. Kami berharap pemerintah tak membebankan lagi ke pengusaha," ucap Maulana.