Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memproyeksikan indeks penjualan riil pada AGustus 2020 akan tumbuh -10,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Proyeksi ini lebih membaik dibandingkan dengan indeks penjualan riil pada Juli 2020 yang tercatat tumbuh -12,3 persen yoy.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat tren penjualan eceran tersebut memang menunjukkan perbaikan secara gradual, setelah pada April dan Mei lalu mengalami perlambatan yang cukup signifikan.
Secara bulanan, sebagian besar kategori barang mengalami peningkatan, kecuali barang-barang informasi dan komunikasi, serta barang budaya dan rekreasi.
Kenaikan penjualan tertinggi secara bulanan, di antaranya bahan bakar kendaraan bermotor yang tumbuh 7,2 persen secara month-to-month mtm, sandang 3,8 persen mtm, serta suku cadang dan aksesori 3,0 persen mtm.
Secara total, selama Juli dan Agustus 2020, penjualan eceran tumbuh sebesar 0,54 persen, dibandingkan dengan penjualan eceran pada bulan Juli. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan eceran pada kuartal II/2020 sebesar -11,97 persen dan kuartal I/2020 sebesar -6,47 persen.
"Dari perbandingan tersebut dapat terlihat bahwa secara umum, penjualan eceran cenderung membaik, bahkan bila dibandingkan dengan pergerakan pada kuartal I dan II 2020 ," katanya kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020).
Josua menuturkan, kenaikan pertumbuhan bulanan penjualan eceran juga tekonfirmasi oleh kenaikan dari indeks keyakinan konsumen (IKK). Per Agustus 2020, IKK tumbuh sebesar 0,82 persen secara bulanan menjadi sebesar 86,90.
Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan bahwa keyakinan masyarakat mulai pulih, yang kemudian mendorong peningkatan aktivitas dari sisi produksi, yang tercermin dari kenaikan PMI Manufaktur menjadi 50,8 pada Agustus 2020.
"Dengan kata lain, adanya peningkatan penjualan eceran ini memberikan indikasi bahwa secara gradual terjadi pemulihan ekonomi," jelas Josua.
Meski demikian, imbunya, perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia belum mengalami pemulihan yang cukup signifikan sehingga pertumbuhan ekonomi masih berpotensi terkontraksi pada kuartal III/2020.
Di sisi lain, Josua menilai pemerintah perlu melakukan percepatan pencairan bantuan sosial (bansos), seiring dengan pertumbuhan penjualan eceran untuk bahan makanan masih relatif lambat, padahal bahan makanan merupakan salah satu penyangga sektor konsumsi, dan menjadi salah satu tujuan dari pemberian bansos untuk masyarakat miskin dan menengah ke bawah.
Dia menambahkan, dalam jangka pendek ini, pemerintah perlu tetap fokus mengendalikan kasus Covid-19 di Indonesia serta berupaya menekan angka kasus baru Covid-19.
Sehingga, hal ini menurutnya akan memberikan kepercayaan bagi masyarakat secara umum, termasuk masyarakat kelas menengah dan kelas atas, yang mana dua kelompok masyarakat tersebut memberikan kontribusi sekitar 80 persen dari total konsumsi nasional.
"Pemerintah juga perlu menerapkan sanksi agar masyarakat disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan sehingga mereka yang memiliki uang mau melakukan konsumsi dan supaya dapat mempercepat pemulihan ekonomi," jelasnya.