Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan Kilang Balikpapan tidak selalu berjalan mulus. Dalam perjalanannya, ditemui sejumlah tantangan besar yang harus diselesaikan PT Pertamina (Persero).
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Balikpapan Narendra Widjajanto mengungkapkan bahwa pembangunan unit baru di Kilang Balikpapan harus memerlukan kehati-hatian yang ekstra.
Pasalnya, kilang itu dibangun tepat disamping unit kilang lama yang hingga saat ini masih beroperasi untuk memproduksi bahan bakar minyak (BBM).
"Risikonya, menurut saya, cukup kompleks pertama kilang kami sudah lama dan tidak memiliki cukup detail informasi sehingga untuk pembangunan yang baru kami harus membutuhkan waktu, kita lihat secara fisik di lapangan kita harus berhati-hati kalau tidak hati-hati jaringan pipa dan kabel akan memengaruhi kondisi kilang," katanya kepada Bisnis, Selasa (11/8/2020).
Di samping itu, kata Narendra, pembangunan yang menelan investasi senilai US$4 miliar menjadi tantangan besar bagi Pertamina.
Menurut dia, investasi di Kilang Balikpapan merupakan salah satu proyek yang menelan biaya besar yang bakal dikucurkan Pertamina.
Baca Juga
Dengan demikian, masalah pendanaan menjadi tantangan lain yang harus diselesaikan Pertamina.
Dia mengatakan bahwa pihaknya tengah berupaya menyerap pendanaan dari eksternal.
Adapun, project financing menjadi salah satu opsi yang tengah dikaji. Fasilitas pendanaan itu menjadi pertimbangan mengingat risiko proyek yang bisa diminimalkan dengan skema tersebut.
"Jadi, kita memerlukan EPC [engineering, procurement, and construction] kontraktor yang memiliki kemampuan dengan adanya ini kita akan melakukan pendanaan project financing jadi semua pihak bisa memonitor konstruksi. Dengan adanya itu, kami akan dimonitor semenjak melakukan konstruksi sehingga nanti selesai," jelasnya.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan bakal meningkatkan kapasitas produksi BBM sebesar 100.000 barel per hari.
Nantinya, total produksi pada Kilang Balikpapan akan meningkat menjadi 360.000 barel per hari dengan kualitas BBM yang dihasilkan dengan standar Euro 5.