Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah untuk menggulirkan program pinjaman nol persen atau tanpa bunga untuk rumah tangga sebagai stimulus percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai program itu relatif baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya sempat terkoreksi negatif pada kuartal II/2020.
"Konsumsi rumah tangga berkontribusi besar dalam produk domestik bruto (PDB), sehingga wajar jika pemerintah memberikan bantuan pinjaman tanpa bunga karena untuk mendorong konsumsi rumah tangga pada kuartal III nanti," kata Yusuf Rendy Manilet di Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Merujuk data Badan Pusat Statistik, angka pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II 2020 minus 5,32 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 5,07 persen.
Kontraksi terbesar dipicu pertumbuhan negatif pada sektor konsumsi rumah tangga, yakni minus 2,96 persen. Seperti diketahui, selama ini konsumsi rumah tangga merupakan motor penggerak ekonomi terbesar bagi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang negatif itu merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir. Kala itu, Indonesia sempat mengalami krisis finansial Asia pada awal 1999, sehingga membuat ekonomi nasional terkerek 6,13 persen.
Baca Juga
Kendati demikian, lanjut Yusuf, pemerintah perlu memikirkan skema penyaluran pinjaman agar efektif dan tepat sasaran.
"Beberapa pendekatan penyaluran bisa dilakukan pemerintah melalui program-program yang sudah ada, misalnya bantuan langsung tunai (BLT) dana desa maupun program keluarga harapan (PKH)," kata Yusuf.
Selain itu, pemerintah dapat membuka peluang untuk menggandeng perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi keuangan, khususnya fintech pembiayaan. Langkah itu akan memudahkan masyarakat dalam mengambil uang, karena uang langsung ditransfer ke rekening penerima sehingga mereka tidak perlu lagi datang ke bank atau kantor pos.
"Kalau berbicara fintech tentu secara profil resiko sedikit di bawah lembaga keuangan konvensional, seperti bank," kata Yusuf.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan pinjaman tanpa bunga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun dengan catatan nominal pinjamannya harus besar.
"Jangan hanya Rp400.000 atau Rp600.000, kalau bisa sampai Rp1,5 juta. Jika jumlahnya memadai tentu akan ada perputaran ekonomi yang lebih besar," kata Tauhid.
"Pinjaman tanpa bunga untuk rumah tangga akan dipakai memenuhi kebutuhan primer mereka, mau enggak mau itu akan langsung dihabiskan menjadi putaran ekonomi," tambahnya.
Sebelum pemerintah merealisasikan stimulus tersebut, maka sasaran penerima harus digodok dengan melibatkan pihak perbankan dan Bank Indonesia. Pemerintah harus selektif dengan menyalurkan pinjaman kepada rumah tangga yang memiliki kemampuan membayar dan orang-orang yang paling membutuhkan.
"Besaran pinjaman harus sesuai dengan kemampuan membayar cicilan dan diberikan kepada orang-orang yang tidak memiliki tunggakan. Menurut saya, pinjaman tanpa bunga ini merupakan sesuatu yang menarik," kata Tauhid.