Bisnis.com, JAKARTA - Sektor transportasi dan pergudangan jadi penyumbang utama kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 ini akibat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat permintaan rendah.
Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi menyatakan kontraksi ini disebabkan antara lain oleh penutupan gerai-gerai penjualan selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah.
"Kontraksi perdagangan juga dipengaruhi penurunan permintaan karena penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pengurangan aktivitas produksi dan distribusi," jelasnya, Rabu (5/8/2020).
Menurutnya, mulai pulihnya perdagangan diharapkan dapat meningkatkan kembali sektor logistik dan perekonomian pada umumnya. Sektor perdagangan, pada kuartal II/2020, terkontraksi sebesar 7,57 persen.
Badan Pusat Stastistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia triwulan II-2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen (y-on-y) atau 4,19 persen (q-to-q).
Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I/2020 terkontraksi 1,26 persen dibandingkan dengan Semester I/2019.
Baca Juga
Pada periode tersebut sektor logistik (lapangan usaha transportasi dan pergudangan) mengalami kontraksi tertinggi, yaitu sebesar 30,84 persen y-o-y atau 29,22 persen q-to-q.
Kontraksi terbesar sektor logistik pada angkutan udara sebesar 80,23 persen y-on-y; dikuti oleh angkutan rel (63,75 persen); angkutan pergudangan dan jasa penunjang angkutan:pos dan kurir (38,69 persen); angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (26,66 persen), angkutan darat (17,65 persen); dan angkutan laut sebesar (17,48 persen).
Setijadi menjelaskan salah satu penyebab kontraksi sektor logistik itu adalah penurunan volume ekspor dan impor.
Ekspor barang dan jasa terkontraksi 11,66 persen, sementara impor terkontraksi 16,96 persen (y-on-y).
Sektor ini tertolong oleh lapangan usaha pertanian yang masih tumbuh 16,24 persen (q-to-q), sementara hampir semua sektor lainnya terkontraksi.