Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat pengangguran Hong Kong naik pada bulan Juni ke level tertinggi dalam lebih dari 15 tahun terakhir di tengah tekanan dari pandemi virus serta meningkatnya ketegangan AS-China.
Dilansir dari Bloomberg, data resmi pemerintah menunjukkan pengangguran naik menjadi 6,2 persen pada kuartal II/2020, di bawah perkiraan ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sebesar 6,4 persen.
Meski begitu, angka ini merupakan level tertinggi sejak Januari 2005. Peningkatan ini menandai kenaikan tingkat pengangguran selama sembilan bulan berturut-turut.
Pengangguran yang melonjak di Hong Kong menjadi indikator masalah terbaru untuk ekonomi yang terperosok dalam resesi terdalamnya di tengah wabah virus corona.
Kota ini tengah menghadapi peningkatan tekanan dari gelombang ketiga virus corona dan memburuknya hubungan antara AS dan China setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional di kota itu.
Meningkatnya pengangguran juga telah menyebabkan semakin banyak orang yang bersaing untuk mendapatkan pekerjaan, sedangkan lapangan kerja yang tersedia semakin berkurang.
Baca Juga
Dilansir South China Morning Post, sekitar 10.300 orang kehilangan pekerjaan pada kuartal II, sehingga jumlah pengangguran meningkat menjadi 240.700.
Berdasarkan sektor, tingkat pengangguran di ritel, pariwisata, dan layanan makanan naik hingga 10,7 persen antara April dan Juni, tertinggi sejak kejatuhan ekonomi dari epidemi sindrom pernapasan akut (Sars) sekitar 17 tahun yang lalu.
Sementara itu, pengangguran untuk sektor jasa makanan dan minuman mencapai 14,7 persen, mendekati level tertinggi pasca-Sars.
Kota itu memasuki resesi ekonomi musim gugur lalu, setelah berbulan-bulan protes anti-pemerintah yang dipicu oleh RUU ekstradisi yang sekarang ditarik.
Ekonomi Hong Kong jatuh ke dalam resesi pada awal tahun akibat pandemi virus corona. Ekonomi wilayah ini terkontraksi 8,9 persen pada kuartal I/2020, penurunan tersebut bahkan melampaui kontraksi ekonomi sebesar 8,3 persen pada kuartal III/1998 dan 7,8 persen pada kuartal I/2009.