Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Bersiap Produksi Green Gasoline dan Green Avtur

Langkah tersebut sebagai lanjutan setelah berhasil memproduksi green diesel (D-100) melalui pengolahan minyak swait 100 persen.
Pembeli BBM di SPBU Pertamina menggunakan transaksi pembayaran nontunai. /Pertamina
Pembeli BBM di SPBU Pertamina menggunakan transaksi pembayaran nontunai. /Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyatakan tengah bersiap untuk memproduksi bahan bakar hijau lainnya yakni green gasoline dan green avtur.

Langkah tersebut sebagai lanjutan setelah berhasil memproduksi green diesel (D-100) melalui pengolahan minyak swait 100 persen.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, pengembangan energi hijau tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan mendayagunakan sumber daya alam domestik untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.

“Pertamina menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan semua pihak agar Pertamina terus mengembangkan green energy seperti B30 dan B50 serta D-100. Pertamina telah menyelesaikan penyiapan kilang dan katalis merah putih, yang nantinya akan dilanjutkan dengan kajian keekonomian” ujarnya dalam keterangan resminya, Kamis (16/7/2020).

Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Budi Santoso Syarif mengatakan bahwa untuk green gasoline, Pertamina sudah melakukan uji coba sejak  2018di Kilang Plaju dan Cilacap.

Namun uji coba tersebut baru mampu mengolah minyak sawit RBDPO sebesar 20 perseb. Sementara ujicoba mengolah minyak sawit menjadi green avtur akan dilakukan di akhir  2020 juga di Kilang Cilacap.

Dia menjelaskan, walaupun ujicoba green gasoline yang dilakukan Pertamina baru mampu mengolah minyak sawit sebesar 20 persen tapi hal tersebut pertama di dunia mengingat mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan dalam skala operasional.

“Mengolah minyak sawit menjadi green diesel sudah dilakukan juga oleh beberapa perusahaan lain di dunia, tapi mengolah minyak sawit menjadi green gasoline belum pernah dilakukan di dunia dan Pertamina adalah yang pertama karena selama ini hal tersebut masih sebatas skala laboratorium untuk riset," ungkapnya.

Selain Dumai, Pertamina juga akan membangun standalone biorefinery di Cilacap dengan kapasitas 6.000 barel per hari dan Standalone Biorefinery di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari.

Kedua standalone biorefinery ini kelak akan mampu memproduksi Green Diesel maupun Green Avtur dengan berbahan baku 100 persen minyak nabati.

Budi menambahkan, tantangan ke depan, Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari CPO atau sawit, tetap juga dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya.

Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik, untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional.

Pemanfaatan sumber daya dalam negeri guna meningkatkan TKDN (Total Kandungan Dalam Negeri) yang berpotensi mengurangi defisit transaksi negara.

Sekadar informasi, Pertamina telah menggunakan FAME untuk program biodiesel sejak 2006 dan hingga 2017, selama 11 tahun, penyerapan FAME mencapai 9,2 juta KL.

Pada 2018, Pertamina menjalankan Program B20 dengan penyerapan FAME sebesar 3,2 juta KL yang pencampurannya dilakukan di 69 lokasi.

Melalui Program B30, pada 2019, penyerapan FAME meningkat sebesar 5,5 juta KL dan tahun 2020 ditargetkan meningkat menjadi 8,38 juta KL.

Implementasi program B20 dan B30 di 2019 telah menghemat devisa negara sebesar Rp43,8 triliun dan tahun 2020, Pertamina menargetkan penghematan devisa sebesar Rp63,4 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang.

“Seiring berjalannya waktu terdapat trend shifting pada penggunaan bahan bakar, yaitu semula bahan bakar fosil perlahan bergeser ke bahan bakar terbarukan. Pola pemenuhan energi nasional pun mengalami perubahan dari sebelumnya mengandalkan foreign supply menjadi domestik supply," jelasnya.

Dalam pemberitaan Bisnis, Pertamina menyebutkan bakal mempercepat pembangunan kilang hijau atau biorefinary di Cilacap.

Adapun, pembangunan kilang hijau tersebut merupakan bagian proyek Refinary Development Master Plan (RDMP) di Cilacap.

"Karena ini sifatnya modifikasi, mungkin 2022 sudah bisa beroperasi biorefinary skala kecil di sana [Cilacap]," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper