Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Jam Kerja Bikin Daya Beli Masyarakat Terpangkas Rp1.158 Triliun

Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Kementerian (PPN/Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan perhitungan tersebut dilakukan pada dua sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19, yaitu sektor manufaktur dan pariwisata.
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) melakukan perhitungan besarnya jumlah kehilangan daya beli masyarakat akibat penurunan jam kerja sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Kementerian (PPN/Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan perhitungan tersebut dilakukan pada dua sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19, yaitu sektor manufaktur dan pariwisata.

Penurunan daya beli dibagi menjadi tiga ketegori, di antaranya direct impact, indirect impact, dan induced impact.

Pertama, kategori direct impact, pada pekerja sektor manufaktur dan pariwisata yang mengalami penurunan penurunan jam kerja, dikalkulasikan selama 30 minggu terus menerus, maka akan terjadi penurunan daya beli sebesar Rp374,4 triliun.

Amalia mengatakan kedua sektor tersebut memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lainnya, sehingga akan menimbulkan efek domino ke sektor-sektor lainnya, ini yang masuk ke dalam kategori indirect impact dan induced impact.

Dengan penambahan dua ketegori tersebut, kehilangan daya beli masyarakat akan diperkirakan akan mencapai Rp1.158 triliun.

"Dampak yang terjadi di kedua sektor ini akan menyebabkan dampak ikutan ke sektor-sektor lain, sehingga kalau ditotal dampak ke kehilangan daya beli akibat jam kerja menjadi sebesar Rp1.158 triliun," katanya saat mengunjungi Bisnis, Senin (13/7/2020).

Amalia menjelaskan, dampak tersebut dapat diukur ke perlambatan ekonomi Indonesia, hal ini pun tercermin dari prediksi pertumbuhan ekonomi akhir tahun 2020 sebesar -0,4%.

Menurut Amalia, data tersebut jelas menunjukkan sektor manufaktur dan pariwisata merupakan sektor yang sangat penting terhadap ekonomi Indonesia.

Oleh karena itu, pada 2021, kedua sektor tersebut, termasuk investasi, menjadi fokus pemerintah dalam memulihkan ekonomi. Di samping itu, Amalia menilai pemberian insentif kepada ketiga sektor tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap pemulihan ekonomi di 2021.

"Dari sini terlihat jelas sektor industri dan pariwisata sangat penting terhadap ekonomi, karena itu 2021 fokus pemulihan akan difokuskan ke 3 sektor, industri, pariwisata dan investasi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper