Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis operator hotel virtual (VHO) menyiapkan strategi khusus demi menjaga napas usaha di tengah tantangan kenormalan baru (new normal). Akibat tertekan oleh wabah Covid-19, para pelaku usaha pun menggeser paradigma menjadi lebih ke upaya bertahan.
Country Head Emerging Business, OYO Hotels, and Homes Indonesia Eko Bramantyo mengatakan, okupansi OYO secara keseluruhan mengalami penurunan 60 persen selama pandemi. Hal ini terjadi sebagai imbas dari terbatasnya mobilitas masyarakat selama kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di berbagai daerah.
"Penurunan mulai kami rasakan sejak Maret, penurunan bukan lagi per minggu namun dari hari ke hari," ujar Eko dalam konferensi virtual, Kamis (11/6/2020).
Skenario terburuk terjadi ketika rata-rata okupansi pada April berada di bawah 20 persen. Eko mengemukakan prospek bisnis mulai terlihat kala jumlah tamu mulai mengalami pertambahan saat pemerintah mulai mengumumkan syarat operasional kenormalan baru.
"Kami melihat pandemi mengubah pola prilaku konsumen, sekitar 90 persen pemesanan dilakukan secara daring. Terdapat pula perubahan perilaku dalam menginap yang cenderung dalam jangka panjang," ujarnya.
Oleh karena itu, Eko mengatakan ke depannya bisnis OYO bakal berorientasi pada upaya bertahan jangka panjang. Termasuk jaminan perlindungan bagi mitra dengan mendukung diberlakukannya standar kesehatan.
Baca Juga
"Bisnis hotel ke depannya akan bertumpu pada komitmen dalam memberikan rasa aman dan nyaman. Ada kualifikasi sanitasi yang harus diikuti seiring berubahnya perilaku konsumen," paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Bambang Ismadi mengimbau agar operator hotel dapat menyediakan kamar khusus untuk isolasi guna mengantisipasi temuan tamu yang mengidap Covid-19.
Dia pun berharap agar lini bisnis di sektor pariwisata yang kembali beroperasi pada masa transisi PSBB dapat memberlakukan protokol kesehatan seperti acuan. Untuk layanan kolam renang di tempat penginapan, dia mengatakan pemerintah tetap belum memberi izin operasional.
Adapun berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, jumlah hotel yang terdampak PSBB di DKI Jakarta mencapai 637 unit, namun hotel yang melakukan penutupan berjumlah 100 unit. Penutupan sendiri didominasi oleh hotel bintang dua dan hotel bintang tiga.