Bisnis.com, JAKARTA – Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani tercatat mengalami penurunan cukup dalam sepanjang April seiring dimulainya masa panen raya di sentra-sentra produksi. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), harga GKP tercatat turun 6,82 persen dan melanjutkan tren sejak Maret.
Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan bahwa harga rata-rata GKP di tingkat petani berada di level Rp4.600 per kilogram (kg) selama April, turun dibandingkan harga pada Maret yang berada di angka Rp4.936 per kg. Secara tahunan, harga GKP selama April terpantau lebih tinggi 5,58 persen.
Penurunan pun terjadi di tingkat penggilingan. Harga GKP di penggilingan pada April 2020 turun 6,73 persen dari Rp5.030 per kg menjadi Rp4.692 per kg.
"Panen raya dimulai di beberapa daerah pada April ini, sehingga harga gabah turun," kata Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Senin (4/5/2020).
Turunnya harga gabah ini pun berimbas pada harga beras. BPS mencatat harga beras premium di tingkat penggilingan cenderung turun 0,64 persen menjadi Rp10.018 per kg. Penurunan pun terjadi pada beras medium sebesar 1,58 persen menjadi Rp9.671 per kg serta beras di luar kualitas turun 0,59 persen menjadi Rp8.989 per kg.
Meski harga beras pada tingkat penggilingan cenderung turun, BPS mencatat harga di tingkat grosir dan eceran cenderung naik masing-masing sebesar 0,11 persen dan 0,18 persen. Kendati demikian, Suhariyanto menyebutkan kenaikan cenderung tipis dan didukung oleh kondisi stok beras nasional yang masih terjaga.
Turunnya harga gabah dalam masa panen selama April 2020 di sisi lain turut berimbas pada penurunan nilai tukar petani (NTP). Suhariyanto memaparkan, NTP sepanjang bulan April 2020 turun 1,73 persen menjadi 100,32. Penurunan terjadi di seluruh subsektor usaha pertanian. Sementara nilai tukar usaha pertanian (NTUP) juga turun secara bulanan sebesar 1,72 persen menjadi 101,13.
"Nilai di semua subsektor turun cukup dalam dan dipicu indeks harga yang diterima petani turun, sedangkan indeks harga yang dibayarkan petani mengalami kenaikan. Hal ini turut dipengaruhi masa panen raya," ujarnya.
Dia pun memperingatkan pentingnya kelancaran distribusi beras dari sentra produksi ke daerah yang defisit. Adapun daerah sentra produksi disebutnya mencakup Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan.