Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) berencana menurunkan kapasitas operasi dan menyetop pengoperasian sebagian kilangnya karena melemahnya permintaan pasokan bahan bakar minyak sepanjang pandemi Covid-19.
Sejak Maret 2020, permintaan gasoline terus mengalami penurunan rata-rata 17 persen, gasoil turun rata-rata 8 persen dan avtur turun 45 persen.
Sejalan dengan penerapan PSBB, permintaan BBM di kota-kota besar pun tercatat mengalami penurunan di atas 50 persen, tertinggi adalah Jakarta dan Bandung yang turun hampir 60 persen.
Secara nasional penurunan permintaan BBM mencapai 35 persen dibandingkan dengan rerata Januari- Februari 2020. Selain penurunan di BBM retail, penurunan permintaan juga terjadi untuk konsumen industri mengingat banyak industri yang berhenti beroperasi.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan, situasi dengan penurunan permintaan tajam ini mungkin belum pernah terjadi sebelumnya, yang tentu saja akan berdampak besar terhadap keuangan Pertamina.
“Pertamina akan mulai menurunkan kapasitas operasi kilang secara bertahap disesuaikan dengan kondisi permintaan. Secara teknis, penurunan juga akan disesuakan dengan batas aman pengolahan kilang,” terang Fajriyah, Sabtu (18/4/2020)
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan penurunan kapasitas pengolahan kilang melihat kondisi turunnya permintaan BBM secara umum sebesar 15 persen.
“Kami akan maintenance produksinya, kilang dengan turunnya demand, kami rencanakan adanya shutdown,” katanya.
Nicke menjelaskan, pada saat ini, pasokan bahan bakar berjenis avtur dan solar yang diproduksi Pertamina sedang mengalami kelebihan pasokan. Pasokan yang ada saat ini pada level 119 hari.
Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat Pertamina menahan produksi di kilangnya.
Adapun, salah satu kilang yang sudah mulai dikurangi tingkat utilisasinya adalah Kilang Balikpapan yang sudah dilakukan sejak April 2020.
Dia mengungkapkan, selama kilang diberhentikan, perseroan akan memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan pemeliharaan kilang.
“Dilakukan penghentian, baik yang satu dan dua, jadi di awal Mei 2020 semua kilang Balikpapan berhenti operasi," ungkapnya.