Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Suhanto menjamin importasi gula yang dilakukan untuk memenuhi konsumsi di tengah langkanya pasokan komoditas tersebut tidak akan memengaruhi harga dan produksi tebu dalam negeri.
Sejauh ini, volume importasi yang telah disepakati oleh pemerintah mencapai 766.000 ton dengan 216.000 ton gula dipastikan masuk ke Tanah Air pada akhir bulan ini. Sementara itu, 550.000 ton sisanya akan datang menyusul dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sampai Juli mendatang.
Suhanto memastikan kehadiran gula eks-impor ini tidak akan menggangu produksi dan harga tebu di petani.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Kementerian Pertanian, musim giling sendiri diperkirakan bakal mundur dan dimulai pada Juni. Gula eks-tebu petani pun disebutnya bakal mulai beredar di masyarakat seiring habisnya pasokan gula eks-impor.
"Sesuai dengan koordinasi dengan Kementerian Pertanian, musim giling akan jatuh pada akhir Juni. Dan diharapkan dengan musim giling ini gula eks-tebu petani akan masuk [ke pasar] pada Juli. Dengan demikian impor tidak akan mempengaruhi produksi atau harga di petani kita," kata Suhanto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/3/2020).
Direktur Sugar Group Companies Irwan sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya bakal menunda waktu giling tebu dengan pertimbangan momen Ramadan dan Idulfitri.
Pabrik-pabrik yang dikelola perusahaan pada tahun sebelumnya tercatat mulai melakukan penggilingan pada April. Namun untuk tahun ini, masa giling akan dilakukan usai Idulfitri atau pada Juni.
"Musim giling berikutnya di tahun ini agak tertunda. Lebaran pada akhir Mei, jadi kami putuskan giling mulai Juni. Biasanya akhir akhir April sudah mulai, jadi terlambat dua bulan karena memang selama bulan puasa pekerja di kebun tidak ke lapangan," kata Irwan belum lama ini.
Meski musim giling di dalam negeri mundur, di sisi lain Suhanto pun sempat mencatat adanya keterlambatan pemasukan 216.000 ton gula impor yang sebelumnya diperkirakan tiba di Indonesia pertengahan Maret. Suhanto mengatakan kemunduran kedatangan gula impor terjadi lantaran adanya gangguan pergerakan logistik akibat wabah Covid-19 yang juga terjadi di negara-negara produsen.
"Impor ini memang semata-mata untuk menghadapi Covid-19 mengingat ada perlambatan pergerakan di negara produsen. Seharusnya untuk 216.000 ton masuk pada pertengahan Maret ternyata mundur karena pelaku usaha mengalami kendala mencari angkutan dan pergerakan di negara asal," paparnya.