Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Skenario Lockdown, Ekonomi Bisa Terpangkas hingga 0,5 Persen sampai 1 Persen

Dalam skenario terburuk untuk menekan penyebaran wabah virus corona atau Covid-19, pemerintah harus menutup beberapa titik wilayah yang jumlah pasiennya cukup banyak, salah satunya DKI Jakarta.
Presiden Joko Widodo bersiap memberikan keterangan pers terkait COVID-19 di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Presiden Joko Widodo meminta kepada kepala pemerintah daerah untuk berkomunikasi kepada pemerintah pusat seperti Satgas  COVID-19 dan Kementerian dalam membuat kebijakan besar terkait penanganan COVID-19, dan ditegaskan kebijakan lockdown tidak boleh dilakukan  pemerintah daerah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo bersiap memberikan keterangan pers terkait COVID-19 di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Presiden Joko Widodo meminta kepada kepala pemerintah daerah untuk berkomunikasi kepada pemerintah pusat seperti Satgas COVID-19 dan Kementerian dalam membuat kebijakan besar terkait penanganan COVID-19, dan ditegaskan kebijakan lockdown tidak boleh dilakukan pemerintah daerah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dapat menyusut hingga 0,5 persen jika skenario lockdown dijalankan selama dua minggu.

Namun, pertumbuhan ekonomi Tanah Air bisa turun mencapai 1 persen, jika lockdown dijalankan selama satu tahun penuh. Dalam skenario terburuk untuk menekan penyebaran wabah virus corona atau Covid-19, pemerintah harus menutup beberapa titik wilayah yang jumlah pasiennya cukup banyak, salah satunya DKI Jakarta.

Kepala Departemen Ekonomi CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri menilai lockdown atas Jakarta akan memberikan dampak ekonomi yang besar mengingat langkah ini juga pasti akan diikuti dengan berhentinya aktivitas pekerjaan.

"Kegiatan ekonomi di Jakarta berkontribusi sebesar 25% terhadap PDB dan menentukan lebih dari 60% dari perekonomian nasional," ungkap Yose dalam publikasinya yang berjudul 'Tepatkah Lockdown dalam Menghadapi Covid-19?' yang diterima Bisnis, Selasa (17/3/2020).

Apabila diasumsikan bahwa sekitar 50% dari kegiatan ekonomi Jakarta berhenti akibat lockdown, maka 30% dari aktivitas pekerja secara nasional akan terhenti dan bakal berdampak pada kontribusi penurunan PDB hingga 12%.

Menurut Yose, langkah alternatif yang paling diperlukan saat ini adalah mempersiapkan fasilitas kesehatan yang ada untuk menanggulangi kasus berat. Apabila ada 10 ribu kasus positif Covid-19, maka harus ada 1.500 tempat yang disiapkan oleh rumah sakit dan hal ini berat untuk dipenuhi oleh Jakarta sendiri. Lockdown akan membuat mitigasi ketersediaan tempat menjadi sulit diatasi.

Alternatif social distancing juga dapat dilakukan, tetapi hal ini perlu berangkat dari inisiatif pribadi maupun kelompok untuk melakukan hal tersebut. "Jangan sampai tindakan lockdown diambil karena pemerintah tidak tahu atau tidak mau repot melakukan tindakan yang lainnya," ujar Yose.

Sejauh ini, opsi karantina wilayah atau lockdown secara terbatas menjadi salah satu rekomendasi untuk dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat karena menjadi salah satu pusat persebaran virus corona atau Covid-19. Rekomendasi tersebut tertuang dalam surat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia dengan judul Rekomendasi Strategi Penanganan Covid-19 di Indonesia yang dilakukan pada Senin, 16 Maret 2020.

Rekomendasi pembatasan sosial berupa lockdown dengan modifikasi atau aturan yang diperjelas dan tegas di daerah prioritas, seperti DKI Jakarta.

“Saat ini para ahli sepakat bahwa pembatasan sosial berupa lockdown dengan modifikasi atau aturan yang diperjelas, dapat memperlambat penyebaran dan menurunkan kematian akibat Covid-19,” demikian tulis surat rekomendasi tesebut yang diterima Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper