Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cegah Anjloknya Harga Gabah, Penyerapan Saat Panen Perlu Dioptimalkan

Anjloknya harga gabah saat panen raya terus terjadi secara berulang. Untuk itu dibutuhkan upaya khusus untuk mengantisipasinya.
Petani mengusir hama burung pipit atau emprit secara manual dengan plastik di areal sawah daerah Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (13/2/2020)./ ANTARA - Fakhri Hermansyah
Petani mengusir hama burung pipit atau emprit secara manual dengan plastik di areal sawah daerah Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (13/2/2020)./ ANTARA - Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Penyerapan gabah oleh untuk cadangan beras pemerintah (CBP) oleh Perum Bulog diharapkan dapat dilakukan secara maksimal pada masa puncak panen yang diperkirakan jatuh di Maret dan April. Langkah ini dinilai perlu dilakukan untuk mencegah anjloknya harga gabah di tingkat petani.

Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) harga pembelian gabah di tingkat petani cenderung turun dalam dua tahun terakhir. Penurunan harga tersebut terjadi bersamaan dengan puncak masa panen. Pada 2019 misalnya, harga rata-rata gabah kering giling (GKG) pada Maret terpantau berada di angka Rp5.530 per kilogram (kg) dengan produksi gabah kala itu mencapai 9,17 juta ton. Harga tersebut kembali turun pada April dengan nilai Rp5.127 per kg ketika produksi berjumlah 8,94 juta ton.

BPS pun masih menemukan ribuan kasus pembelian gabah kering panen (GKP) di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) sepanjang 2019 lalu. Meski jumlahnya hanya sekitar 0,38 persen dari sampel yang diteliti, namun kasus ini ditemukan utamanya kala masa puncak panen.

"Kami harap Perum Bulog dapat menyerap 60 persen dari total target serapan beras tahun ini pada puncak panen. Sekitar 1 juta ton," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi di Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebelumnya sempat menyatakan harapannya agar Bulog bisa menyerap 2 juta ton beras petani sepanjang tahun. Adapun pada 2019 lalu, BUMN yang dipimpin oleh Budi Waseso itu hanya menyerap 1,2 juta ton beras.

Menanggapi hal ini, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengemukakan perusahaan setidaknya harus bisa menyalurkan beras sebanyak 1 juta ton sebelum musim panen untuk dapat menyerap volume yang diamanatkan.

Tri mencatat sampai saat ini Bulog telah menyalurkan 301.319 ton melalui operasi pasar dan sekitar 50.000 ton melalui program bantuan pangan nontunai (BPNT). Jika kesepakatan penyaluran beras kepada pelaku industri berbahan baku beras tercapai, potensi penyaluran beras Bulog dapat bertambah 400.000 ton.

"Kemarin dari Kementerian Perindustrian mengestimasi kebutuhan industri sekitar 400.000 ton. Kami belum bertemu dengan asosiasi industri yang memerlukan beras, tapi jika dicapai kesepakatan penyaluran sebelum masa panen bisa saja mencapai 800.000 ton," kata Tri.

Dewan Pembina Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi menilai penyerapan pada masa panen setidaknya harus mencapai 60 persen dari target sepanjang tahun Bulog. Jaminan penyerapan pada masa panen ini disebutnya perlu dilakukan guna memastikan daya beli petani tak terganggu.

"Serapan setidaknya 1 sampai 1,5 juta ton agar harga dapat diamankan. Petani tentu berharap bisa merayakan Ramadan dan Idulfitri, artinya mereka punya daya beli. Guna menjamin hal tersebut, perlu dipastikan hasil panennya terserap," kata Bayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper