Bisnis.com, JAKARTA-Pemerintah diminta menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam negeri seiring dengan adanya krisis China akibat wabah virus corona.
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih mengatakan satu-satunya cara menjaga pertumbuhan ekonomi di level 5 persen, yaitu dengan mamacu konsumsi rumah tangga.
"Saya kira pemerintah harus mempercepat belanja sosial pada triwulan I/2020 agar masyarakat memiliki tambahan pendapatan untuk konsumsi Puasa dan Lebaran. Jika salah langkah pertumbuhan ekonomi bisa drop di bawah 5 persen," kata Lana ketika dihubungi Bisnis, Selasa (11/2/2020).
Dia menuturkan sinyal perlambatan konsumsi rumah tangga terlihat pada akhir 2019. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), capaian konsumsi rumah tangga Indonesia pada triwulan IV/2019 hanya tumbuh 4,97 persen. Realisasi tersebut mengalami penurunan dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 5,08 persen (yoy).
Padahal, struktur produk domestik bruto (PDB) menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada 2019 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Perekonomian Indonesia masih didominasi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 56,62 persen; komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 32,33 persen; komponen ekspor barang dan jasa 18,41 persen; komponen konsumsi pemerintah 8,75 persen; komponen perubahan inventori besar 1,43 persen; komponen lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) 1,3 persen.
Baca Juga
Adanya wabah virus corona, lanjutnya, berpotensi menekan kinerja ekspor dan impor pada tahun ini. Pasalnya, China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia di samping Amerika Serikat dan Singapura.
"Kalau belanja sosial bisa dicairkan di triwulan I dan II/2020 saya memprediksi pertumbuhan dapat terjaga di level 5 persen. Saya khawatir apabila pemerintah tidak dapat memacu ekonomi di semester I/2020 akan membuat capaian di bawah 5 persen hingga akhir tahun," jelasnya.
Sebelumnya, Managing Director of Development Policy and Partnership World Bank Mari Elka Pangestu memproyeksi virus corona berpotensi menyeret pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang dari 5 persen.
Berdasarkan APBN 2020, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen.
Pasalnya setiap perlambatan ekonomi China sebesar 100 basis poin (bps), Indonesia akan terdampak sebesar 30 bps.
Proyeksi ekonom dunia, kata Mari, virus corona akan membuat pertumbuhan ekonomi China melambat 100 bps hingga 300 bps.